Kamis Pukul 02.00
Tepat pukul 2 malam,
ponsel Rantai berbunyi ketika dia hendak keluar dari toilet. Selama ini
Rantai memang punya 1 ponsel pribadi yang tidak diketahui siapa pun
kecuali orang tuanya. Ketika tim BIN menyuruh membuang semua alat
komunikasi waktu itu, Rantai memutuskan untuk tidak membuang ponsel
tersebut. Tertulis nomer pribadi di layar ponselnya. Pelan - pelan
Rantai mengangkat telepon misterius itu dengan curiga. Ketika diangkat
terdengar jelas suara yang sangat dikenalinya. Suara Ibunya yang meminta
tolong sambil menangis. Rantai seketika melemas ketika mendengar suara
itu. Jantungnya kembali berdegup kencang sambil mencari pegangan agar
tidak terjatuh. Tapi belum sempat Rantai berbicara banyak, tiba - tiba
telepon tersebut langsung diambil alih seseorang. Seseorang itu ternyata
adalah Ale Pratama dan mengatakan bahwa dia telah menculik kedua orang
tua Rantai. Dia mengancam Rantai akan membunuh kedua orang tuanya kalau
Rantai tidak mengikuti perintahnya. Rantai tidak punya pilihan lain. Dia
sudah pernah kehilangan adik tercintanya, dia tidak akan sanggup kalau
harus kehilangan kedua orang tuanya juga.
Ale Pratama memintanya
untuk pergi ke parkir basement di sebelah kantor KPK. Dia harus
berangkat kesana segera seorang diri tanpa boleh ada orang yang tahu.
Setelah pembicaraan selesai, Rantai segera merapikan pakaiannya sambil
melatih ekspresi tenang di depan cermin agar orang - orang tidak curiga
padanya. Rantai berhasil keluar ruangan tanpa ada seorang pun yang
curiga walaupun sebelumnya Genta sempat menanyakan Rantai mau kemana.
Dengan berpura - pura, Rantai mengaku pada Genta ingin keluar gedung
sebentar untuk merokok. Ketika Rantai sudah berhasil sampai di lobi
bawah, dia melihat ada banyak polisi yang sudah berjaga di pintu keluar
kantor KPK. Tapi tiba - tiba terdengar suara teriakan seseorang yang
mencoba berorasi di lapangankantor KPK. Entah dari mana orang itu tahu -
tahu berorasi sendirian, tapi kejadian ini membuat orang - orang
termasuk para polisi yang tadinya berkumpul di lobi berbondong - bondong
menuju lapangan KPK untuk melihat apa yang terjadi. Kemudian Rantai
dengan mudah keluar dari gedung tersebut tanpa ada orang yang tahu.
Dan sampailah Rantai
tiba di tujuan, sebuah parkir basement yang terlihat sepi sekali. Tidak
lama kemudian, sosok seorang Ale Pratama yang selama ini dicari semua
orang muncul di depan mukanya. Sambil dikawal ketat oleh para
bodyguardnya yang menodongkan pistol ke arah Rantai, tanpa basa basi Ale
Pratama mulai menyebutkan tuntutannya satu persatu. Ale Pratama
menuntut Rantai untuk membersihkan namanya dengan sebuah skenario yang
telah disusun rapi olehnya. Skenario yang membuat Rantai tercengang tak
percaya ketika mendengar penjabarannya. Dalam skenario itu Rantai harus
rela disalahkan atas semua perbuatan keji yang dilakukan Ale Pratama
dengan bukti dan alibi meyakinkan yang entah dari mana Ale Pratama
dapatkan. Seketika terlintas semua kerja keras Rantai selama ini yang
akan segera hancur hanya dalam 1 malam. Tapi ini adalah harga mati yang
mau tidak mau harus dijalankan Rantai mala mini juga untuk menyelamatkan
nyawa kedua orang tuanya.
Ale Pratama berjanji
akan mengembalikan kedua orang tuanya setelah Rantai berhasil
menjalankan senario tersebut. Tapi Rantai tidak begitu saja percaya
dengan kata - kata Ale Pratama. Rantai meminta bukti bahwa orang tuanya
memang masih hidup. Tak lama kemudian, dari satu sudut yang gelap muncul
beberapa orang yang mengantarkan kedua orang tua Rantai yang terikat
tangannya kebelakang sambil menodong pistol kea rah kepala kedua orang
tuanya. Kali ini mimpi buruknya benar - benar menjadi kenyataan. Rantai
tidak bisa lagi berkelit, dia harus menjalankan skenario itu demi nyawa
orang tuanya. Namun secara tiba - tiba muncul suara tembakan yang sangat
memekakkan teliga karena tepat berasal dari belakang Rantai berdiri.
Seketika itu juga Rantai langsung menundukan kepala sambil menutup
telinga dengan tangannya. Tanpa sadar Rantai menangis histeris sambil
menutup mata. Lalu terdengar lagi suara tembakan beberapa kali yang
membuat Rantai semakin histeris. Ketika Rantai membuka matanya, tiba -
tiba Rantai merasakan ada orang yang menentuh punggungnya dan mencoba
menyeretnya ke belakang.
Ketika menoleh ke
belakang ternyata salah satu rekan Genta yang menyeretnya. Rasanya benar
- benar seperti mimpi. Sulit untuk mencerna apa yang sedang berlangsung
saat itu. Rantai mencoba melihat ke sekeliling. Ada banyak polisi yang
sudah siap siaga dengan posisi menodongkan pistol seakan siap menarik
pelatuknya kapan saja ke arah satu kerumunan. Rantai melihat Genta dan
tim BIN yang lain berlari kearah kerumunan tersebut mencoba melumpuhkan
Ale Pratama dan orang - orangnya. Sulit untuk mengetahui apa yang
terjadi di kerumunan tersebut karena posisi Genta dan timnya yang
memunggunginya. Hanya satu yang ada di pikiran Rantai saat itu. Orang
tuanya. Rantai mencemasi keadaan orang tuanya saat itu. Rantai berdoa
keras agar orang tuanya baik - baik saja tanpa terluka sedikit pun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar