Puncak Gunung Georgia
berada di wilayah Tusheti, merupakan hunian asli dari penduduk desa yang
masih menggunakan peralatan bebatuan sederhana. Lokasi ini masih sangat
asli, murni, dan jauh dari peradaban modern. Karena lokasinya cukup
sulit dijangkau dengan kendaraan besar, Tuhesti lebih cocok dijadikan
destinasi wisata bagi para backpacker. Keesokan paginya, setelah sarapan
mereka mulai bersiap-siap untuk melakukan pendakian. Untuk menempuh
puncaknya diperlukan waktu selama kurang lebih tiga jam. Namun
sebelumnya, Ben dan Jody harus menumpang jeep terlebih dahulu untuk
sampai di kaki gunung. Setelah itu barulah proses pendakian dimulai.
Selama perjalanan dari
kota Tbilisi menuju ke kaki gunung, mereka disuguhkan pemandangan alam
dan danau Ananuri yang menakjubkan. Selain danau dengan sungai yang
mengalir, di kanan kiri juga terlihat tebing terjal. Jalanan yang mereka
tempuh lumayan sempit dan sepi, berliku-liku naik turun bukit.
Perjalanan ini kembali mengingatkan Ben dan Jody pada pertemuan mereka
pertama kali. Ben masih ingat betul dengan penampilan Jody waktu itu di
telaga Cebong. Kali ini mereka menertawakan hal itu bersama. Untungnya
kali ini Jody sadar diri. Jody dan Ben kali ini sudah siap dengan
peralatan daki sederhananya. Jaket tebal, sepatu treckking, dan tas
carriel berhasil mereka dapatkan di tempat penyewaan dekat hotel.
Sebenarnya ada satu spot
terkenal yang ingin mereka capai di pegunungan kaukasus ini. Terletak
di Desa Gergeti, di luar Kota Stephantsminda - Georgia, terdapat Gereja
Gergeti Trinity yang terisolasi dari keramaian. Gereja ini terkenal
dengan julukan Holy Trinity, terletak di atas sebuah puncak gunung dekat
dengan Gunung Kazhegi, salah satu puncak tertinggi dan terindah di
kawasan Kaukasus.
Semua lelah dan peluh
selama pendakian akhirnya terbayar, ketika sedikit demi sedikit tower
gereja mulai terlihat dari kejauhan. Usaha mereka tidak sia-sia,
pemandangan yang mereka liat saat ini begitu mengagumkan. Sisa kabut
yang masih terasa di sekeliling mereka, membuat aura gereja makin terasa
mistis. Udara segar dan dingin pun mulai menyelimuti tubuh Ben dan
Jody, apalagi ketika mereka sudah tidak lagi banyak bergerak karena
pendakian telah selesai. Benar kata orang, puncak apapun itu memang
selalu mampu menghipnotis setiap orang yang mampu mencapainya. Mungkin
karena itulah banyak orang berlomba-lomba mencapai puncak kesuksesan.
Karena ketika sampai di atas kita bisa melihat semua hal, lebih jelas
dan lebih jernih.
Setelah beristirahat
cukup lama di teras gereja, mereka akhirnya memasuki gereja tersebut.
Mereka mulai menjelajahi tiap sudut dari gereja ini. Dari dalam, Holy
Trinity terlihat besar dan megah. Walaupun berada di puncak gunung,
gereja ini tetap terjaga kebersihannya, bahkan tidak pernah sepi
dikunjungi oleh jemaat sekaligus wisatawan asing maupun lokal. Setelah
puas menjelajahi setiap sudut gereja, mereka mulai menyusuri Hutan
Kaukasus dan padang rumput khas yang ada di sekelilingnya.
Ben dan Jody terlihat
hening, saling terdiam menikmati pemandangan yang ada di depan mereka.
Mereka merasa inilah saatnya bagi mereka membuat keputusan penting,
dengan pikiran yang jernih dan tanpa tekanan dari manapun. Ben
memecahkan keheningan itu. Sambil menatap tubuh sahabatnya itu, tanpa
basa basi Ben langsung mengungkapkan satu rahasia kepada Jody mengenai
Ayahnya. Jody menyimak kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut Ben,
tanpa berkata sedikitpun. Lalu Jody tertunduk, matanya menatap tanah
yang ada di bawahnya.
3 BULAN KEMUDIAN
Jody sedang duduk berdua
bersama seorang wanita di sebuah cafe di daerah Kuningan. Mereka duduk
saling menghadap masing-masing, terlihat sedang membicarakan sesuatu
yang intens. Sedangkan Ben, tidak jauh dari cafe tersebut terlihat
sedang memperhatikan Jody dan wanita itu dari kejauhan. Namun dia tidak
sendirian, ada satu wanita yang dengan setia menemaninya.
THE END........................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar