Rabu, 03 Agustus 2016

FILOSOFI KOPI : FINAL DECISION




Puncak Gunung Georgia berada di wilayah Tusheti, merupakan hunian asli dari penduduk desa yang masih menggunakan peralatan bebatuan sederhana. Lokasi ini masih sangat asli, murni, dan jauh dari peradaban modern. Karena lokasinya cukup sulit dijangkau dengan kendaraan besar, Tuhesti lebih cocok dijadikan destinasi wisata bagi para backpacker. Keesokan paginya, setelah sarapan mereka mulai bersiap-siap untuk melakukan pendakian. Untuk menempuh puncaknya diperlukan waktu selama kurang lebih tiga jam. Namun sebelumnya, Ben dan Jody harus menumpang jeep terlebih dahulu untuk sampai di kaki gunung. Setelah itu barulah proses pendakian dimulai.

Selama perjalanan dari kota Tbilisi menuju ke kaki gunung, mereka disuguhkan pemandangan alam dan danau Ananuri yang menakjubkan. Selain danau dengan sungai yang mengalir, di kanan kiri juga terlihat tebing terjal. Jalanan yang mereka tempuh lumayan sempit dan sepi, berliku-liku naik turun bukit. Perjalanan ini kembali mengingatkan Ben dan Jody pada pertemuan mereka pertama kali. Ben masih ingat betul dengan penampilan Jody waktu itu di telaga Cebong. Kali ini mereka menertawakan hal itu bersama. Untungnya kali ini Jody sadar diri. Jody dan Ben kali ini sudah siap dengan peralatan daki sederhananya. Jaket tebal, sepatu treckking, dan tas carriel berhasil mereka dapatkan di tempat penyewaan dekat hotel.

Sebenarnya ada satu spot terkenal yang ingin mereka capai di pegunungan kaukasus ini. Terletak di Desa Gergeti, di luar Kota Stephantsminda - Georgia, terdapat Gereja Gergeti Trinity yang terisolasi dari keramaian. Gereja ini terkenal dengan julukan Holy Trinity, terletak di atas sebuah puncak gunung dekat dengan Gunung Kazhegi, salah satu puncak tertinggi dan terindah di kawasan Kaukasus.

Semua lelah dan peluh selama pendakian akhirnya terbayar, ketika sedikit demi sedikit tower gereja mulai terlihat dari kejauhan. Usaha mereka tidak sia-sia, pemandangan yang mereka liat saat ini begitu mengagumkan. Sisa kabut yang masih terasa di sekeliling mereka, membuat aura gereja makin terasa mistis. Udara segar dan dingin pun mulai menyelimuti tubuh Ben dan Jody, apalagi ketika mereka sudah tidak lagi banyak bergerak karena pendakian telah selesai. Benar kata orang, puncak apapun itu memang selalu mampu menghipnotis setiap orang yang mampu mencapainya. Mungkin karena itulah banyak orang berlomba-lomba mencapai puncak kesuksesan. Karena ketika sampai di atas kita bisa melihat semua hal, lebih jelas dan lebih jernih.

Setelah beristirahat cukup lama di teras gereja, mereka akhirnya memasuki gereja tersebut. Mereka mulai menjelajahi tiap sudut dari gereja ini. Dari dalam, Holy Trinity terlihat besar dan megah. Walaupun berada di puncak gunung, gereja ini tetap terjaga kebersihannya, bahkan tidak pernah sepi dikunjungi oleh jemaat sekaligus wisatawan asing maupun lokal. Setelah puas menjelajahi setiap sudut gereja, mereka mulai menyusuri Hutan Kaukasus dan padang rumput khas yang ada di sekelilingnya.

Ben dan Jody terlihat hening, saling terdiam menikmati pemandangan yang ada di depan mereka. Mereka merasa inilah saatnya bagi mereka membuat keputusan penting, dengan pikiran yang jernih dan tanpa tekanan dari manapun. Ben memecahkan keheningan itu. Sambil menatap tubuh sahabatnya itu, tanpa basa basi Ben langsung mengungkapkan satu rahasia kepada Jody mengenai Ayahnya. Jody menyimak kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut Ben, tanpa berkata sedikitpun. Lalu Jody tertunduk, matanya menatap tanah yang ada di bawahnya.


3 BULAN KEMUDIAN

Jody sedang duduk berdua bersama seorang wanita di sebuah cafe di daerah Kuningan. Mereka duduk saling menghadap masing-masing, terlihat sedang membicarakan sesuatu yang intens. Sedangkan Ben, tidak jauh dari cafe tersebut terlihat sedang memperhatikan Jody dan wanita itu dari kejauhan. Namun dia tidak sendirian, ada satu wanita yang dengan setia menemaninya.




THE END........................

Tidak ada komentar: