Ternyata ada banyak
perubahan yang terjadi di antara mereka berdua selama terpisah. Ben dan
Jody bisa saling merasakan perubahan itu. Ben kini bisa lebih mengontrol
emosinya, dia juga mulai menghilangkan sifat egois dan cueknya, mencoba
berusaha menjadi orang yang peka. Yang paling menarik dari perubahan
itu, kini Ben punya jawaban baru bila ditanyakan kopi apa yang terbaik
di dunia. Jawabannya bukan lagi Ben Perfecto atau pun kopi tiwus, tapi
tidak ada. Menurutnya setiap kopi punya karakteristik dan keunikan
sendiri, punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Menurutnya tidak
adil bila setiap kopi harus punya label terbaik atau tidak. Yang
terpenting sebenarnya adalah bagaimana kopi itu diperlakukan sejak
pertama ditanam hingga akhirnya diseduh dan disuguhkan kepada
penikmatnya. Petani juga memegang peranan penting dalam dunia perkopian,
karena itulah kini dia rajin memberikan edukasi kopi kepada para
petani.
Jody pun kini ikut
berevolusi, sekarang dia menjadi orang yang ambisius. Dia kini menjadi
seorang leader di antara rekan-rekan kerjanya. Posisinya sekarang
membuatnya mau tidak mau menjadi orang yang tegas dan sedikit bossy.
Tapi sepertinya Jody menikmati itu, menjadi orang yang berani mengambil
keputusan penting dalam perusahaan. Walaupun kadang juga suka membuat
keputusan impulsif yang untungnya berhasil, seperti yang sekarang ini
dia lakukan, nekat mengajak Ben melakukan perjalanan dadakan.
Akhirnya mereka tiba di
kota Tbilisi, yang menjadi ibukota Georgia dan detak jantung kaukasus.
Kota ini terlihat sedang berusaha mengejar ketinggalan saat mereka masih
bergabung di Uni Soviet dulu. Hotel berbintang, restoran dan kehidupan
malam terasa kehadirannya di pusat kota. Di hari pertama mereka
memutuskan hanya berjalan-jalan sebentar di pusat kota. Perjalanan
panjang yang mereka lalui ternyata sangat melelahkan dan akhirnya hampir
seharian mereka beristirahat di hotel tempat mereka menginap. Keesokan
harinya barulah mereka berpetualang.
Di hari kedua setelah
sarapan, mereka langsung ikut sebuah tour gratis yang sengaja disiapkan
oleh pihak hotel. Dengan menggunakan cable car mereka mengunjungi
Narikala Fortress, melihat benteng kuno yang dibuat pada abad ke 4.
Kemudian dilanjutkan menuju Mzkheta yang merupakan bekas ibu kota
Georgia yang sudah berumur lebih dari 2500 tahun. Selanjutnya di hari
ketiga mereka mengunjungi salah satu wilayah paling subur di negara ini.
Kota Signagi, kota yang dikelilingi oleh benteng tua dengan latar
belakang Gunung kaukasus yang megah. Siangnya mereka menuju The
Sinandali yang merupakan bekas tempat keluarga kerjaan Rusia berlibur.
Dalam petualangan kali
ini, mereka kembali berbincang. Mereka mulai membayangkan bagaimana
jadinya bila mereka menerima tawaran dari PH itu. PH tersebut mengatakan
program yang mereka tawarkan ini akan dan harus memasangkan mereka
berdua, tidak boleh hanya salah satu yang ikut program itu. Nantinya
mereka akan traveling selama setahun menjelajah kopi di seluruh dunia,
dimulai dari keliling Indonesia, lalu Asia, mampir sebentar ke Eropa,
dan terakhir ke benua Afrika. Jody mulai berpikir panjang. Bila dia
menerima tawaran itu, bukan saja dia harus meninggalkan perusahaan
barunya, tapi juga harus terpisah dengan wanita yang sudah 3 bulan ini
didekatinya. Namanya Dami, dia salah satu karyawan dari perusahaan klien
yang berhasil digaetnya.
Ben yang penasaran
tentang siapa Dami meminta Jody untuk menceritakan kisah mereka.
Sebenarnya pertemuan mereka pertama kali tidaklah begitu baik, ada
sedikit adu argumen dan kesalahpahaman waktu itu. Tapi pertemuan yang
begitu kerap di antara mereka, membuat keduanya akhirnya berdamai dan
saling mengenal satu sama lain. Menurut Jody, Dami adalah wanita
impiannya selama ini, wanita yang cocok menjadi pendamping hidupnya. Ini
saatnya bagi Jody membuka lembaran baru, mengikuti jejak Cicinya.
Mendengar cerita cinta
Jody, membuat Ben makin terbawa perasaan. Dulu dia begitu yakin dengan
perasaannya terhadap El, wanita yang tanpa sengaja mengenalkannya pada
kopi tiwus. El yang tadinya membuat Ben marah karena merusak obsesinya,
akhirnya mampu merubuhkan tembok besar di hati Ben. Dibalik semua
pertengkaran mereka dulu, ternyata mereka punya banyak persamaan. Mereka
mencoba menjalani hubungan LDR, mencoba melawan nasib yang memisahkan
mereka. Tapi ternyata tidak mudah menjalani hubungan seperti itu. Ada
banyak godaan diantara mereka, komunikasi yang sulit kadang menimbulkan
kesalahpahaman. Ben kini tidak yakin hubungannya dengan El akan
berlanjut, apalagi setelah Ben tahu kalau El punya banyak teman pria di
Prancis yang jauh lebih sukses darinya.
Selain itu ada satu hal
lagi yang masih mengganjal di hatinya. Ini bukan tentang cerita
cintanya, tapi tentang Jody. Ada satu rahasia penting yang selama ini
disembunyikan Ben mengenai Ayah Jody. Ben sebenarnya tahu tentang
kemarahan Jody kepada Ayahnya selama ini, tapi dia bingung bagaimana
cara menceritakannya. Ben merasa butuh waktu yang tepat untuk membuka
rahasia itu pada Jody, dia takut reaksi Jody tidak sesuai dengan
ekspektasinya. Pada hari ke empat, akhirnya Ben mempunyai ide untuk
mengajak Jody mendaki Puncak Gunung Kaukasus Georgia. Ben merasa itulah
waktu yang tepat untuk menceritakan rahasia Ayah Jody selama ini. Ketika
nanti mereka mencapai puncak gunung, semuanya pasti akan terasa lebih
jernih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar