Rabu, 03 Agustus 2016

FILOSOFI KOPI : THE REAL TALK



Ternyata ada banyak perubahan yang terjadi di antara mereka berdua selama terpisah. Ben dan Jody bisa saling merasakan perubahan itu. Ben kini bisa lebih mengontrol emosinya, dia juga mulai menghilangkan sifat egois dan cueknya, mencoba berusaha menjadi orang yang peka. Yang paling menarik dari perubahan itu, kini Ben punya jawaban baru bila ditanyakan kopi apa yang terbaik di dunia. Jawabannya bukan lagi Ben Perfecto atau pun kopi tiwus, tapi tidak ada. Menurutnya setiap kopi punya karakteristik dan keunikan sendiri, punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Menurutnya tidak adil bila setiap kopi harus punya label terbaik atau tidak. Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana kopi itu diperlakukan sejak pertama ditanam hingga akhirnya diseduh dan disuguhkan kepada penikmatnya. Petani juga memegang peranan penting dalam dunia perkopian, karena itulah kini dia rajin memberikan edukasi kopi kepada para petani.

Jody pun kini ikut berevolusi, sekarang dia menjadi orang yang ambisius. Dia kini menjadi seorang leader di antara rekan-rekan kerjanya. Posisinya sekarang membuatnya mau tidak mau menjadi orang yang tegas dan sedikit bossy. Tapi sepertinya Jody menikmati itu, menjadi orang yang berani mengambil keputusan penting dalam perusahaan. Walaupun kadang juga suka membuat keputusan impulsif yang untungnya berhasil, seperti yang sekarang ini dia lakukan, nekat mengajak Ben melakukan perjalanan dadakan.

Akhirnya mereka tiba di kota Tbilisi, yang menjadi ibukota Georgia dan detak jantung kaukasus. Kota ini terlihat sedang berusaha mengejar ketinggalan saat mereka masih bergabung di Uni Soviet dulu. Hotel berbintang, restoran dan kehidupan malam terasa kehadirannya di pusat kota. Di hari pertama mereka memutuskan hanya berjalan-jalan sebentar di pusat kota. Perjalanan panjang yang mereka lalui ternyata sangat melelahkan dan akhirnya hampir seharian mereka beristirahat di hotel tempat mereka menginap. Keesokan harinya barulah mereka berpetualang.

Di hari kedua setelah sarapan, mereka langsung ikut sebuah tour gratis yang sengaja disiapkan oleh pihak hotel. Dengan menggunakan cable car mereka mengunjungi Narikala Fortress, melihat benteng kuno yang dibuat pada abad ke 4. Kemudian dilanjutkan menuju Mzkheta yang merupakan bekas ibu kota Georgia yang sudah berumur lebih dari 2500 tahun. Selanjutnya di hari ketiga mereka mengunjungi salah satu wilayah paling subur di negara ini. Kota Signagi, kota yang dikelilingi oleh benteng tua dengan latar belakang Gunung kaukasus yang megah. Siangnya mereka menuju The Sinandali yang merupakan bekas tempat keluarga kerjaan Rusia berlibur.

Dalam petualangan kali ini, mereka kembali berbincang. Mereka mulai membayangkan bagaimana jadinya bila mereka menerima tawaran dari PH itu. PH tersebut mengatakan program yang mereka tawarkan ini akan dan harus memasangkan mereka berdua, tidak boleh hanya salah satu yang ikut program itu. Nantinya mereka akan traveling selama setahun menjelajah kopi di seluruh dunia, dimulai dari keliling Indonesia, lalu Asia, mampir sebentar ke Eropa, dan terakhir ke benua Afrika. Jody mulai berpikir panjang. Bila dia menerima tawaran itu, bukan saja dia harus meninggalkan perusahaan barunya, tapi juga harus terpisah dengan wanita yang sudah 3 bulan ini didekatinya. Namanya Dami, dia salah satu karyawan dari perusahaan klien yang berhasil digaetnya.

Ben yang penasaran tentang siapa Dami meminta Jody untuk menceritakan kisah mereka. Sebenarnya pertemuan mereka pertama kali tidaklah begitu baik, ada sedikit adu argumen dan kesalahpahaman waktu itu. Tapi pertemuan yang begitu kerap di antara mereka, membuat keduanya akhirnya berdamai dan saling mengenal satu sama lain. Menurut Jody, Dami adalah wanita impiannya selama ini, wanita yang cocok menjadi pendamping hidupnya. Ini saatnya bagi Jody membuka lembaran baru, mengikuti jejak Cicinya.

Mendengar cerita cinta Jody, membuat Ben makin terbawa perasaan. Dulu dia begitu yakin dengan perasaannya terhadap El, wanita yang tanpa sengaja mengenalkannya pada kopi tiwus. El yang tadinya membuat Ben marah karena merusak obsesinya, akhirnya mampu merubuhkan tembok besar di hati Ben. Dibalik semua pertengkaran mereka dulu, ternyata mereka punya banyak persamaan. Mereka mencoba menjalani hubungan LDR, mencoba melawan nasib yang memisahkan mereka. Tapi ternyata tidak mudah menjalani hubungan seperti itu. Ada banyak godaan diantara mereka, komunikasi yang sulit kadang menimbulkan kesalahpahaman. Ben kini tidak yakin hubungannya dengan El akan berlanjut, apalagi setelah Ben tahu kalau El punya banyak teman pria di Prancis yang jauh lebih sukses darinya.

Selain itu ada satu hal lagi yang masih mengganjal di hatinya. Ini bukan tentang cerita cintanya, tapi tentang Jody. Ada satu rahasia penting yang selama ini disembunyikan Ben mengenai Ayah Jody. Ben sebenarnya tahu tentang kemarahan Jody kepada Ayahnya selama ini, tapi dia bingung bagaimana cara menceritakannya. Ben merasa butuh waktu yang tepat untuk membuka rahasia itu pada Jody, dia takut reaksi Jody tidak sesuai dengan ekspektasinya. Pada hari ke empat, akhirnya Ben mempunyai ide untuk mengajak Jody mendaki Puncak Gunung Kaukasus Georgia. Ben merasa itulah waktu yang tepat untuk menceritakan rahasia Ayah Jody selama ini. Ketika nanti mereka mencapai puncak gunung, semuanya pasti akan terasa lebih jernih.


Tidak ada komentar: