Minggu, 13 Desember 2015

RUNAWAY 2 : RUN AGAIN IN EUROPE (part 1)



 

LUKA VIEWPOINT


Sudah hampir 2 tahun kejadian itu berlalu, tapi kenangan dan luka itu masih terasa hingga kini. Dan inilah jalan hidupku selama ini. Ketika aku koma selama 6 bulan. Hidup hanya karena mesin-mesin canggih yang menopang tubuhku. Lalu ketika ayahku harus melakukan segala cara, berusaha sekeras mungkin untuk menghilangkan jejakku dari kota Jakarta, dari Hongkong, bahkan dari dunia sekalipun. Ayah mendapat informasi bahwa gengster - gengster itu masih mencariku. Dan aku harus rela melepaskan semua hal demi keselamatanku sendiri. Teman,kehidupan normalku, akal sehatku, dan yang pasti kisahku sendiri. Menjalani semua kepalsuan hidup hanya supaya bisa benar- benar hidup di dunia. Ironi memang, mati- matian berusaha hidup demi semua hal, tapi akhirnya harus mati demi hidup.

Dan disinilah aku sekarang. Berada di seberang benua Asia. Benua yang terasa jauh bagiku. Benua Eropa. Aku memilih menetap di kota Brussel. Sebuah kota kecil, kota yang tidak ada apa- apanya dibanding luasnya kota - kota di Indonesia. Di kota inilah aku mengasingkan diri. Memiliki identitas baru, seperti terlahir kembali ke dunia. Namun rasanya aneh, terasa hampa, seperti lahir cacat, lahir dengan hati yang kosong. Tapi inilah takdir yang harus kujalani. Hidup menjadi orang asing di negara yang asing pula. Aku tinggal di sebuah flat sederhana. Sebuah flat tingkat 3 yang cukup ditinggali oleh 3 orang. Aku berbagi kamar dengan 1 orang warga lokal dan 1 mahasiswa Jepang disana. Mereka cukup baik untuk mau berbagi biaya sewa flat denganku. Mereka mengenalku sebagai seorang WNI bernama Luka yang sedang mengambil Summer School di Brussel sambil kerja part time di sebuah yayasan anak - anak berkebutuhan khusus. Cukup senang rasanya mempunyai teman-teman normal, ya paling tidak identitasku ini terlihat cukup normal.

Hari - hari aku jalani dengan kenangan dan luka di belakang, yang tanpa kusadari akhirnya dapat aku jalani dengan ringan. Sampai pada suatu pagi, aku mendapati seorang WNI muncul di tempat kerjaku. Senang rasanya melihat seorang pribumi lagi. Namanya Bara. Pria asal Surabaya yang cukup berotot ini mengaku padaku sudah hampir setahun di kota ini. Berawal dari niatnya untuk bersekolah di sini karena beasiswa, sayangnya setelah 6 bulan dia terpaksa keluar dari sekolah dengan alasan rahasia yang tidak mau dia disebutkan padaku. Dia meyakinkanku untuk lebih baik tidak tahu sama sekali tentang alasannya. Kesan yang cukup misterius ketika pertama kali bertemu dengannya. Tapi tidak masalah untukku, toh aku juga datang ke kota ini dengan identitas rahasia.

Setelah drop out dari sekolah tersebut, Bara memutuskan untuk tidak langsung kembali ke Indonesia. Malu rasanya bila harus pulang ke Surabaya dan mengabarkan keluarga kalau dia tidak bersekolah lagi di Eropa. Dia tidak mau pulang dengan tangan hampa. Paling tidak bila nanti dia harus pulang, dia sudah punya cukup pengalaman kerja yang dapat diceritakannya di Indonesia. Bukan cerita pahit tentang drop out yang harus dia alami, cerita yang sudah mengecewakannya. Bara sudah beberapa kali berpindah kerja selama di Brussel, bahkan sempat juga bekerja di kota Antwerp. Ini dikarenakan oleh status visanya yang visa pelajar, visa yang menyulitkannya untuk bisa kerja permanen di satu tempat. Terakhir dia bekerja di sebuah kontraktor. Namun ketika proyek kontraktor tersebut selesai, selesai jugalah dia bekerja disana. Maka kembalilah Bara menganggur.

Dan disinilah dia sekarang, berusaha mencari pekerjaan baru demi kelangsungan hidupnya di tanah Eropa. Kebetulan sekali di yayasanku memang sedang membutuhkan tenaga pengajar dari asia untuk semester ini. Dan untuk tempat tinggal, Bara beruntung bisa menumpang gratis di flat teman sekolahnya untuk saat ini. Paling tidak sampai dia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan gaji yang lebih besar. Dan disinilah kesempatannya, pekerjaan yang lebih memakai otak, bukan otot seperti pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.

Keseharianku mulai berubah sejak Bara datang. Kami mulai hang out bareng bila sedang sama- sama off. Senang rasanya bisa punya teman 1 bahasa untuk saling cerita, paling tidak kami tidak pernah kehabisan bahan. Dan disinilah kami sekarang pada suatu sore, di sebuah kafe di sekitar Grand Place. Kami memang sering kesini bila sedang suntuk. Bara yang merekomendasikan kafe ini, dan memang harus kuakui tempat ini cukup cozy, dengan menu makanan yang enak, dan letaknya yang cukup strategis. Namun ada sesuatu yang aneh menurutku. Setiap kali kami datang kesini kami selalu duduk di tempat yang sama, di posisi yang selalu sama pula. Pernah suatu kali aku memintanya bertukar posisi, tapi dia langsung menolak dengan berbagai alasan. Dan barulah sampai sore ini aku menyadarinya. Dia punya tujuan khusus setiap datang kesini, bahkan ketika dia datang sendiri kesini. Dia selalu datang kesini hanya untuk memperhatikan dan memantau seorang gadis. Seorang gadis manis yang memang rutin datang ke Grand Palace setiap minggunya.

Dengan sedikit usaha, aku akhirnya bisa memaksa Bara untuk menceritakan gadis ini. Namanya Carol. Gadis manis ini blasteran Indo Jerman. Carol berasal dari keluarga yang sangat kaya. Menurut informasi dari Bara, ayahnya seorang pengusaha sukses di tanah Eropa. Carol berada di kota ini untuk belajar, dan di sekolahlah Bara mengenal Carol. Carol yang naif, yang selalu punya macam gaya. Kadang dia suka berpenampilan ghotic, kadang pula berpenampilan seperti model, tapi dia juga bisa berpenampilan sederhana apa adanya, sampai orang tidak akan menyangka kalau dia putri seorang pengusaha sukses. Dan aku heran dengan Bara, bila dia memang naksir Carol, kenapa tidak langsung mendekatinya. Kenapa hanya terus memperhatikannya diam- diam dari kejauhan. Tapi dia malah menyangkalnya. Bara bilang dia tidak punya perasaan apa- apa terhadap Carol. Menurutku aneh. Buat apa selama ini dia memperhatikan Carol kalau memang dia tidak suka padanya. Bara bilang dia punya misi khusus kenapa selama ini dia selalu memantau Carol dari jauh. Dan ini ada hubungannya dengan alasan kenapa dia keluar dari kampus. Tapi Bara tidak mau menceritakannya lagi lebih detail. Dia tetap merahasiakannya dariku. Tapi menurutku dia hanya beralasan saja. Kurasa dia hanya malu untuk  mengakui bahwa dia memang jatuh cinta pada Carol. Maksudku itu semua bisa terlihat dari matanya kalau dia memang menyukai Carol.


Gimana guys...minta coment yang baik2 ya!! Maklum pemula..he he...
Mau lebih kenal karakter Bara & Carol? siapa sih mereka? Apa hubungannya dengan Musa AKA Luka?
Kalau penasaran, monggo dibaca part 2 nya ya!!

Tidak ada komentar: