Rabu, 03 Agustus 2016

FRAUD : THE ORANGE SKY


Kamis, Pukul 05.20

Matahari mulai muncul di langit ketika peristiwa itu benar - benar berakhir. Langit yang berwarna orange menjadi saksi berakhirnya rentetan peristiwa yang telah mengubah jalan hidup Rantai. Rantai dan orang tuanya dapat kembali bersatu walaupun harus menerima kenyataan bahwa Ayahnya tertembak di pergelangan tangan. Untung lah luka tembak itu tidak terlalu dalam sehingga Ayah Rantai masih tersadar dan terbaring di ranjang ambulance saat ini. Kejadian berlangsung begitu cepat ketika Ayahnya tertembak. Waktu itu Genta sedang mencoba melumpuhkan salah satu dari orang - orang Ale Pratama ketika tiba - tiba Ale Pratama berhasil lepas dari pengawasan matanya dan menembakkan pistol kearah Ayah Rantai. Genta mencoba menggagalkan tembakan itu dengan menendang lengan Ale Pratama yang memegang pistol. Sayangnya Ale Pratama berhasil menarik pelatuknya hingga pelurunya berhasil melukai pergelangan tangan Ayah Rantai.

Saat ini sudah ada banyak wartawan berkumpul di dekat tempat kejadian. Mereka sedang sibuk mencari tahu dan menerka apa yang sudah terjadi. Tapi bukan itu yang menjadi perhatian Genta ketika melihat keramaian tersebut. Perhatiannya tertuju pada satu perempuan yang terduduk di dekat ambulance sambil mengantar Ayah dan Ibunya yang akan menuju rumah sakit. Genta menghampiri Rantai. Terlihat Rantai melambaikan tangan dan memberikan senyuman kecil ketika menyadari Genta sedang berjalan ke arahnya. Mereka saling menanyakan keadaan masing - masing. Genta juga meminta maaf kepada Rantai atas penembakan Ayahnya. Tapi bukan itu yang ada di pikiran Rantai saat ini. Rantai masih penasaran bagaimana Genta bisa tahu keberadaannya dalam bahaya saat itu. Rantai meminta Genta untuk menceritakan bagaimana bisa dia mengetahuinya.

Saat itu setelah Rantai keluar dari salah satu ruangan KPK, tidak lama kemudian Karin menanyakan keberadaan Rantai kepada Genta. Ketika Karin diberitahu Genta bahwa Rantai sedang keluar sebentar untuk merokok, Karin menunjukan kespresi kaget. Setahu Karin, Rantai sudah hampir 2 tahun berhenti merokok. Tapi kemudian Karin memaklumi perilaku sahabatnya itu, dia mengira mungkin karena kejadian yang sedang terjadi saat itu membuat sahabatnya mencari pengalihan dengan merokok. Tapi tidak dengan Genta. Saat itu Genta langsung curiga dengan perilaku Rantai yang menurutnya aneh. Genta langsng mengikuti Rantai. Dan benar saja kecurigaannya ketika mengetahui Rantainya bukannya merokok tapi malah pergi menuju gedung sebelah. Saat itu juga Genta langsung menghubungi timnya dan para polisi dan menyuruh mereka segera bergerak ke parkir basement di gedung sebelah. Sambil bersembunyi mereka melihat Rantai sedang berhadapan langsung dengan Ale Pratama. Tapi mereka tidak langsung beraksi, mereka menunggu hingga kalimat demi kalimat Ale Pratama selesai untuk bisa dijadikan barang bukti nantinya. Dan barulah setelah itu mereka beraksi adan dapat diterka sendiri apa yang selanjutnya terjadi.

Dalam keramaian pagi itu di lapangan parkir sebuah gedung, sambil disinari cahaya matahari pagi, Rantai memeluk erat Genta dan mengucapkan terima kasih. Dua orang yang sudah lama tidak bertemu dan pernah menjadi rival waktu itu, kembali dipertemukan oleh Tuhan dengan cara yang tidak pernah terpikirkan sama sekali oleh mereka. Pertemuan yang tidak akan pernah mereka lupakan seumur hidup. Dalam pertemuan itulah akhirnya terungkap sebuah kejahatan yang dilakukan seorang politisi. Tiba - tiba saja mereka saling menertawakan nasib mereka masing - masing yang suungguh aneh dan tidak tertebak sama sekali. Dan Rantai sendiri pun tidak bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya dengan karirnya setelah ini. Peristiwa yang telah membongkar satu kecurangannyaselama ini. Saat ini hanya Karin, Genta, dan tim BIN yang tahu, tapi Rantai sudah pasrah bila nanti semua orang mengetahui rahasianya dan karirnya hancur. Dia tahu inilah harga yang harus dibayar untuk keselamatan dirinya dan orang tuanya. Tiba - tiba Rantai merasa tangannya dipegang oleh seseorang dari belakang. Entah dari mana Karin datang, tapi sekarang sahabatnya sudah ada di sisinya untuk selalu mendukung dan menguatkannya apa pun yang akan terjadi nanti. Pagi kamis itu Rantai memeluk erat sahabatnya sambil berpegangan tangan dengan Genta tanpa tahu apa yang akan terjadi nanti.


THE END

FRAUD : THE FINISH LINE


Kamis Pukul 02.00

Tepat pukul 2 malam, ponsel Rantai berbunyi ketika dia hendak keluar dari toilet. Selama ini Rantai memang punya 1 ponsel pribadi yang tidak diketahui siapa pun kecuali orang tuanya. Ketika tim BIN menyuruh membuang semua alat komunikasi waktu itu, Rantai memutuskan untuk tidak membuang ponsel tersebut. Tertulis nomer pribadi di layar ponselnya. Pelan - pelan Rantai mengangkat telepon misterius itu dengan curiga. Ketika diangkat terdengar jelas suara yang sangat dikenalinya. Suara Ibunya yang meminta tolong sambil menangis. Rantai seketika melemas ketika mendengar suara itu. Jantungnya kembali berdegup kencang sambil mencari pegangan agar tidak terjatuh. Tapi belum sempat Rantai berbicara banyak, tiba - tiba telepon tersebut langsung diambil alih seseorang. Seseorang itu ternyata adalah Ale Pratama dan mengatakan bahwa dia telah menculik kedua orang tua Rantai. Dia mengancam Rantai akan membunuh kedua orang tuanya kalau Rantai tidak mengikuti perintahnya. Rantai tidak punya pilihan lain. Dia sudah pernah kehilangan adik tercintanya, dia tidak akan sanggup kalau harus kehilangan kedua orang tuanya juga.

Ale Pratama memintanya untuk pergi ke parkir basement di sebelah kantor KPK. Dia harus berangkat kesana segera seorang diri tanpa boleh ada orang yang tahu. Setelah pembicaraan selesai, Rantai segera merapikan pakaiannya sambil melatih ekspresi tenang di depan cermin agar orang - orang tidak curiga padanya. Rantai berhasil keluar ruangan tanpa ada seorang pun yang curiga walaupun sebelumnya Genta sempat menanyakan Rantai mau kemana. Dengan berpura - pura, Rantai mengaku pada Genta ingin keluar gedung sebentar untuk merokok. Ketika Rantai sudah berhasil sampai di lobi bawah, dia melihat ada banyak polisi yang sudah berjaga di pintu keluar kantor KPK. Tapi tiba - tiba terdengar suara teriakan seseorang yang mencoba berorasi di lapangankantor KPK. Entah dari mana orang itu tahu - tahu berorasi sendirian, tapi kejadian ini membuat orang - orang termasuk para polisi yang tadinya berkumpul di lobi berbondong - bondong menuju lapangan KPK untuk melihat apa yang terjadi. Kemudian Rantai dengan mudah keluar dari gedung tersebut tanpa ada orang yang tahu.

Dan sampailah Rantai tiba di tujuan, sebuah parkir basement yang terlihat sepi sekali. Tidak lama kemudian, sosok seorang Ale Pratama yang selama ini dicari semua orang muncul di depan mukanya. Sambil dikawal ketat oleh para bodyguardnya yang menodongkan pistol ke arah Rantai, tanpa basa basi Ale Pratama mulai menyebutkan tuntutannya satu persatu. Ale Pratama menuntut Rantai untuk membersihkan namanya dengan sebuah skenario yang telah disusun rapi olehnya. Skenario yang membuat Rantai tercengang tak percaya ketika mendengar penjabarannya. Dalam skenario itu Rantai harus rela disalahkan atas semua perbuatan keji yang dilakukan Ale Pratama dengan bukti dan alibi meyakinkan yang entah dari mana Ale Pratama dapatkan. Seketika terlintas semua kerja keras Rantai selama ini yang akan segera hancur hanya dalam 1 malam. Tapi ini adalah harga mati yang mau tidak mau harus dijalankan Rantai mala mini juga untuk menyelamatkan nyawa kedua orang tuanya.

Ale Pratama berjanji akan mengembalikan kedua orang tuanya setelah Rantai berhasil menjalankan senario tersebut. Tapi Rantai tidak begitu saja percaya dengan kata - kata Ale Pratama. Rantai meminta bukti bahwa orang tuanya memang masih hidup. Tak lama kemudian, dari satu sudut yang gelap muncul beberapa orang yang mengantarkan kedua orang tua Rantai yang terikat tangannya kebelakang sambil menodong pistol kea rah kepala kedua orang tuanya. Kali ini mimpi buruknya benar - benar menjadi kenyataan. Rantai tidak bisa lagi berkelit, dia harus menjalankan skenario itu demi nyawa orang tuanya. Namun secara tiba - tiba muncul suara tembakan yang sangat memekakkan teliga karena tepat berasal dari belakang Rantai berdiri. Seketika itu juga Rantai langsung menundukan kepala sambil menutup telinga dengan tangannya. Tanpa sadar Rantai menangis histeris sambil menutup mata. Lalu terdengar lagi suara tembakan beberapa kali yang membuat Rantai semakin histeris. Ketika Rantai membuka matanya, tiba - tiba Rantai merasakan ada orang yang menentuh punggungnya dan mencoba menyeretnya ke belakang.

Ketika menoleh ke belakang ternyata salah satu rekan Genta yang menyeretnya. Rasanya benar - benar seperti mimpi. Sulit untuk mencerna apa yang sedang berlangsung saat itu. Rantai mencoba melihat ke sekeliling. Ada banyak polisi yang sudah siap siaga dengan posisi menodongkan pistol seakan siap menarik pelatuknya kapan saja ke arah satu kerumunan. Rantai melihat Genta dan tim BIN yang lain berlari kearah kerumunan tersebut mencoba melumpuhkan Ale Pratama dan orang - orangnya. Sulit untuk mengetahui apa yang terjadi di kerumunan tersebut karena posisi Genta dan timnya yang memunggunginya. Hanya satu yang ada di pikiran Rantai saat itu. Orang tuanya. Rantai mencemasi keadaan orang tuanya saat itu. Rantai berdoa keras agar orang tuanya baik - baik saja tanpa terluka sedikit pun.

FRAUD : WHAT A BUZY DAY


Rabu, Pukul 09.00

Keesokan pagi setelah malam penembakan di apartement Rantai, mulailah rencana pertama dijalankan. Rantai dan Karin sambil dikawal ketat oleh Genta dan timnya bergerak menuju bank dimana selama ini Rantai menyimpan rapi semua dokumen dan bukti penting di dalam sebuah box deposit. Setelah berhasil mengambil dokumen tersebut, mereka langsung bergerak ke kantor KPK untuk menyerahkan dokumen penting tersebut. Sayangnya perjalanan menuju kantor KPK tidaklah semulus ketika mereka menuju ke bank. Dalam perjalanan tersebut, ada 2 motor mengikuti mereka dan mencoba menembaki mobil mereka. Untungnya mobil milik BIN tersebut sudah dilengkapi dengan baja anti peluru. Tapi 2 pengendara motor tersebut tidak kehilangan akal. Sambil tetap mengikuti mobil mereka, 2 pengendara motor itu mencoba menghentikan mobil tersebut dengan cara melempar bom kecil kearah depan mobil. Usaha tersebut berhasil membuat mobil tersebut oleng dan menabrak mobil lain yang sedang melintas. 

Dengan kerja keras Genta yang memang mengemudikan mobil tersebut berhasil menstabilkan kembali mobil mereka yang hampir terbalik. Dengan gerak cepat, mobil mereka kembali ke jalur aman dan langsung melaju kembali mencari gang kecil. Setelah berhasil menemukan gang kecil, Genta dan timnya memerintahkan Rantai dan Karin turun dari mobil dan melanjutkan perjalanan ke kantor KPK dengan berjalan kaki. Mereka bergerak cepat melewati pemukiman warga yang padat penduduk. Mereka bahkan harus melewati gang kecil yang hanya bisa di lewati satu orang saja hingga akhirnya mereka sampai ke kantor KPK dengan selamat. Di dalam kantor KPK, sudah berkumpul beberapa staf dari pihak berwajib untuk menjalankan rencana selanjutnya.


Rabu, Pukul 14.00

Rencana selanjutnya atau rencana terakhir adalah memancing Ale Pratama keluar dari persembunyiannya selama ini. Dan untuk rencana ini, hanya Rantai yang bisa melakukannya. Pihak berwajib membutuhkan tim stasiun tv Rantai untuk membuat liputat news secara live tentang kasus ini siang ini juga. Liputat live di kantor KPK langsung heboh menjadi headline utama di hampir semua stasiun tv. Dalam hitungan jam, kantor KPK langsung ramai dengan para jurnalis baik dari media televisi ataupun media cetak berbondong - bondong ingin ikut meliput kasus ini. Namun sampai dengan tengah malam, sang politisi Ale Pratama belum juga menunjukkan kehadirannya di media apapun.

NEXT >>

FRAUD : THE MOMENT OF TRUTH


Selasa, Pukul 22.25

Dan sampailah mereka di sebuah pabrik tua yang ada di pinggiran kota. Hanya butuh waktu kurang dari 1 jam untuk sampai ke lokasi ini. Lokasi yang cukup jauh dari pemukiman warga. Awalnya Rantai bingung mengapa harus ke pabrik seperti ini. Tapi semua keraguannya sirna setelah masuk ke dalam pabrik tersebut. Dari luar pabrik tersebut memang terlihat sepi dan tak terurus. Tapi ketika masuk kesan tersebut ternyata hanyalah kedok. Ternyata di dalamnya sudah disulap seperti markas rahasia yang lengkap dengan segala perangkatnya. Di dalam ternyata sudah ada 2 orang yang menunggu mereka. Dan Rantai mengenali wajah salah satu dari mereka. Dia adalah Karin, sahabatnya di kantor. Rantai begitu senang ketika melihat sahabatnya. Mereka langsung berpelukan seperti sudah lama tidak bertemu, yang sebenarnya baru tadi sore mereka mengobrol. Tapi ada rasa penasaran lain yang dari tadi mengganggu pikirannya sejak di apartement. Rantai juga mengenali wajah salah satu dari keempat orang yang membawanya kesini. Dan Rantai butuh penjelasan dari orang tersebut.

Namanya Genta. Rantai mengenal jelas pria tersebut. Mereka satu almamater. Yang paling tidak bisa dilupakannya adalah ketika mereka bersaing untuk posisi ketua BEM waktu itu. Mereka sama - sama aktif di organisasi kampus. Mereka juga sering melakukan demonstrasi bersama. Hanya setelah lulus kuliah, Rantai tidak pernah melihat Genta lagi. Genta menghilang begitu misterius, teman - temannnya pun tidak ada yang tahu kemana dia. Dan disinilah akhirnya Rantai tahu jawabannya. Genta berhasil lulus seleksi Badan Intelegen Negara. Sejak itu dia mulai menjalankan trainingnya selama setahun. Dan ketika mulai penugasan dia pun harus merahasiakan pekerjaannya dari orang - orang terdekat. Hanya keluarga intinya lah yang mengetahui persis pekerjaannya.

Genta dan timnya sudah lama mengamati gerak - gerik Rantai selama ini. Tepatnya adalah 2 bulan lalu ketika muncul kasus pembunuhan seorang aktivis LSM bernama Toro. Seorang pria berumur 34 tahun yang ditemukan tewas di kantornya. Rantai langsung menutup muka dengan tangannya sendiri ketika mendengar nama itu. Ketakutannya selama ini menjadi kenyataan. Rantai memang tidak pernah bertemu pria itu, tapi dia mengenal nama itu dengan baik. Karin yang juga mendengar cerita itu terlihat kaget melihat ekspresi sahabatnya. Selama ini Rantai selalu menolak untuk mengangkat kasus ini di acaranya setiap Karin memintanya. Karin waktu itu sempat curiga dengan penolakan Rantai yang menurutnya aneh. Biasanya Rantai selalu bersemangat kalau membicarakan kasus misteri sepert ini. Rantai selalu beralasan untuk menaruh sementara berita itu di daftar tunggunya karena dia sudah punya daftar panjang berita yang harus diangkatnya selama beberapa bulan ke depan. Karin juga bingung kenapa dia juga terbawa - bawa masalah ini. Yang dia tahu tadi sore ada orang yang menghadang mobilnya dan mencoba membunuhnya. Untungnya Karin diselamatkan oleh tim Genta dan mereka membawanya kesini.

Kali ini Rantai tidak punya alasan lain. Dia tidak mungkin terus merahasiakan ini dari sahabatnya, apalagi setelah mengetahui kalau sahabatnya juga ikut terseret. Dan mulailah Rantai membuka rahasianya selama ini. Toro yang seorang aktivis LSM ternyata juga 1 almamater dengan Rantai dan Genta. Toro adalah senior 7 tahun di atas mereka. Rantai mengenal nama itu untuk pertama kalinya di perpustakaan kampus. Nama itu tertera jelas di sampul salah satu skripsi yang di pajang di rak perpustakaan. Waktu itu Rantai memang sedang mencari judul untuk skripsinya. Judul skripsi Toro yang tertera pada sampul lusuh itu menarik perhatiannya. Rantai mulai membaca dan mempelajari isi skripsi tersebut. Isi skripsi Toro memang tidak sembarangan. Toro mencoba mengungkapkan kasus salah satu politisi zaman orde baru. Skripsi tersebut berisikan analisa kuat mengenai kasus tersebut. Toro mampu menjabarkannya dengan begitu detail dan akurat walau dengan bukti yang minim.

Sayangnya Rantai dalam kondisi yang buruk saat itu. Dia baru saja kehilangan adik tecintanya yang meninggal karena kecelakaan. Adik perempuan yang begitu dia sayangi dan sangat dekat dengannya. Rantai tahu benar kalau Risa begitu mengidolakan dirinya dan sangat ingin mengikuti jejaknya di bidang akademik. Malang untuk Risa karena nasib berkata lain. Risa tertabrak mobil ketika sedang menyebrang tepat di depan sekolahnya. Kejadian ini sangat mengagetkan Rantai. Rantai telah lama membuat rencana untuk adiknya agar bisa melanjutkan sekolah ditempatnya berkuliah selama ini. Rantai bahkan baru saja mengambil formulir pendaftaran di kampusnya ketika mendengar kabar kecelakaan itu. Rantai sangat terpukul dan hancur saat itu. Dengan kondisi stress karena sedang menyusun skripsi ditambah dengan peristiwa kecelakaan itu, membuatnya sulit fokus untuk kembali menyusun skripsi. Otaknya begitu buntu saat itu hingga nekat memutuskan untuk menyusun ulang skripsi Toro dan menaruh namanya di sampul sebagai penulis.

Rantai berhasil menutup rapat rahasianya selama ini. Tapi tidak sampai malam ini ketika akhirnya Rantai membuka rahasia besarnya kepada Karin. Sedangkan Genta dan timnya sudah mengetahui rahasia tersebut 2 bulan lalu ketika sedang menginvestigasi kasus Toro. Dalam proses tersebut secara tidak sengaja nama Rantai muncul di data investigasi mereka. Karena itulah mengapa selama ini Rantai diawasi ketatoleh anggota BIN. Mereka tahu cepat atau lambat Rantai akan menjadi korban berikutnya setelah Toro tewas. Dan hal itu terbukti pada malam ini. Malam yang tanpa sadar telah mengubah jalan hidup Rantai dan orang - orang di sekitarnya. Selanjutnya tim dari BIN memerintahkan Rantai dan Karin untuk segera mengabari keadaan mereka kepada keluarga dengan penjelasan sesingkat mungkin lalu membuang semua alat komunikasi mereka untuk menghilangkan jejak.

Sebenarnya seorang politisi yang dimaksud Toro dalam skripsinya tersebut memang sudah lama menjadi incaran pihak Kejaksaan dan KPK. Namanya Ale Pratama. Sudah cukup lama para pihak berwajib menyelidiki kasus sang politisi, sayang bukti - bukti yang mereka butuhkan untuk menjerat sang politisi belum cukup kuat. Dan tahun ini seorang Ale Pratama berulah lagi. Dia berhasil melalukan korupsi kelas kakap di salah satu kementrian. Kasus korupsi ini mulai tercium pihak KPK setelah Toro berhasil mengadukan temuannya ke pihak KPK. KPK dan pihak berwajib lainnya langsung bergerak cepat menyelidiki kasus ini serta mengumpulkan bukti dan saksi. Sayangnya Ale Pratama dengan cepat mengetahui rencana ini. Orang - orangnya mencoba menghentikan rencana itu dengan menyingkirkan para saksi kunci, salah satunya Toro. Dan sejak itulah Badan Intelegen Negara ikut terlibat. Mulai dari pihak kepolisian, kejaksaan, KPK, dan BIN saling bekerja sama untuk menuntaskan kasus ini. Dan Rantai, seorang jurnalis terkenal di negara ini, adalah salah satu saksi kunci yang dapat membongkar kasus korupsi sang politisi.

NEXT >>

FRAUD : UNFORGETABLE NIGHT


Selasa, Pukul 21.01

Seperti malam biasanya, Rantai pulang ke apartementnya jam 9 malam. Seperti biasa, ritualnya sepulang kerja adalah mandi, menelpon ibunya, lalu kemudian mengecek pekerjaan kantornya sambil menonton televisi. Namun tiba – tiba ada orang yang mengetuk pintu apartementnya. Tapi ketukannya terdengar lain. Yang mengetuk sepertinya lebih dari satu orang dan irama ketukannya juga terdengar seperti orang yang menggedor – gedor pintu dengan kasar. Rantai mulai curiga apalagi setelah dia mengintip di lubang intip pintu, terlihat beberapa pria berbadan kekar berdiri di depan pintu apartementnya. Rantai tidak langsung membukakan pintu. Dari dalam apartement Rantai setengah berteriak menanyakan siapa mereka. Tapi bukannya menjawab pertanyaan, mereka malah terus menggedor – gedor pintu. Ketika Rantai sedang mencoba menelpon polisi, terdengar dari luar orang – orang itu mencoba mendobrak pintu dengan paksa. Terdengar seperti benda berukuran besar dibanting ke arah pintu. Rantai mulai panik, apalagi setelah menyadari telepon rumah tidak berfungsi sama sekali. Belum sempat Rantai mengambil HP di kamarnya, tahu – tahu orang – orang itu berhasil masuk ke dalam. Rantai langsung bersembunyi di kolong tempat tidur. Terdengar suara tembakan beberapa kali yang membuat jantungnya berdegup kencang.

Rantai setengah mati ketakutan. Dia terus berdoa agar orang – orang tersebut tidak berhasil menemukannya. Tapi sayang kali ini doanya tidak terkabul. Kakinya diseret oleh seseorang dari belakang. Dengan berteriak mereka menyuruh Rantai untuk berlutut sambil menodongkan pistol ke arahnya. Tiba – tiba terdengar lagi suara tembakan. Waktu itu sambil menutup mata Rantai sudah pasrah dirinya pasti tertembak. Tapi ketika membuka mata, dia malah melihat orang yang menodongkan pistol ke arahnya jatuh ke lantai. Rantai melihat ada 3 pria berjaket kulit masuk ke kamarnya mencoba melumpuhkan sebagian lagi. Rantai kebingungan melihat semua ini. Belum reda ketakutannya melihat segerombol orang menerobos masuk ke apartement, datang lagi 3 orang yang kembali menerobos masuk ke kamarnya. Setelah berhasil melumpuhkan orang – orang itu, ketiga pria tersebut menyeret Rantai keluar dari apartement dan memintanya untuk mengikuti mereka dengan penjelasan singkat yang tidak dia mengerti. Mereka berjanji akan membawanya ke tempat yang lebih aman. Dengan pasrah Rantai mengikuti apa kata mereka. Mereka langsung menuju ke parkir basement apartement dan menaiki mobil sedan hitam dan langsung melaju kencang entah kemana.

NEXT >>

FRAUD : INTRODUCTION


Kehidupan Rantai begitu sempuna saat ini. Kerja keras yang selama ini dia bangun dari nol berbuah hasil. Setelah bertahun - tahun akhirnya Rantai memperoleh kesuksesan yang selalu dia dambakan selama ini. Nama wanita ini adalah Rantai Darya. "Nama yang unik", itulah komentar orang ketika pertama kali mendengar namanya. Yang selanjutnya diikuti dengan pertanyaan "Apa artinya?". Sebenarnya Rantai bosan dengan pertanyaan ini. Karena sebenarnya pun dia tidak tahu jawabannya. Setiap kali ditanyakan kepada orangtuanya, mereka hanya menjawab kalau nama itu langsung terlintas saja dibenak mereka. Tapi untungnya Rantai tahu arti nama belakangnya. Darya adalah salah satu nama sungai yang ada di Timur Tengah. Amu Darya nama sungai itu sebenarnya. Sungai yang bukan sembarang sungai. Sungai yang menjadi satu - satunya garis batas di antara dua negara yaitu Afganistan dan Tazikistan.

Namun dari situ Rantai akhirnya mendapat ide cemerlang. Setiap kali orang menanyakan tentang namanya, dia selalu mengaitkannya antara arti kata rantai sebenarnya dengan cerita sejarah sungai Amu Darya itu sendiri, yaitu seorang anak perempuan yang diharapkan bisa menjadi rantai penyambung diantara semua perbedaan yang selalu jadi pemisah. Memang terlalu berlebihan cerita itu, tapi paling tidak itu selalu berhasil menarik perhatian orang - orang kepadanya. Rantai memang selalu ingin menjadi pusat perhatian. Entah bagaimana dan kapan sifat ini muncul, tapi Rantai memang selalu berusaha jadi yang terbaik diantara semua orang.

Ketika duduk dibangku sekolah, nilai akademisnya biasa- biasa saja. Tapi itu tidak menghentikannya untuk bisa menjadi yang terbaik di kelas. Rantai berusaha mendekati teman - temannya yang pintar dan meminta mereka untuk mengajari pelajaran - pelajaran yang menurutnya sulit. Sampai akhirnya dia berhasil menjadi murid dengan peringkat 10 besar di kelas. Sebuah usaha tidak sia sia untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Rantai memang pandai berbicara dalam hal negosiasi dan diplomasi. Dia selalu berhasil menyakinkan teman - temannya dalam hal apapun. Hal ini membuatnya mudah berteman dengan siapapun. Kehidupan sosialnya selalu berjalan lancar. Ketika SMA Rantai pernah mencalonkan diri sebagai ketua OSIS dan menang. Dari situ Rantai mulai aktif di organisasi sekolah. Kemampuan berorganisasinya juga semakin terasah ketika duduk di bangku kuliah.

Rantai berhasil masuk fakultas impiannya yaitu FISIP di salah satu universitas negri di Jakarta. Sewaktu kuliah Rantai selalu aktif di organisasi dan kepanitiaan, dia pun hamper tidak pernah absen kalau kampusnya sedang mengadakan demonstrasi. Rantai selalu menjadi mahasiswa kritis yang selalu mengamati berita - berita di televisi. Dunia jurnalis adalah dunia impiannya dari dulu. Dia bahkan pernah menjadi penulis freelance di salah satu surat kabar ibu kota semasa kuliah. Dan tidak hanya itu saja, Rantai juga pernah mencalonkan diri sebagai ketua BEM di kampusnya. Sayangnya Rantai kalah dengan selisih tipis dari rivalnya. Dan kurang dari 4 tahun, setelah berjibaku dengan segala kegiatannya di bangku kuliah, Rantai berhasil lulus dengan hasil yang memuaskan. 

Setelah lulus, Rantai sempat menjadi Asistan Dosen di kampusnya selama setahun, sampai akhirnya dia diterima di salah satu stasiun TV ternama ibu kota. Akhirnya impiannya bekerja di dunia jurnalis dapat tercapai. Dengan proses seleksi yang hampir 6 bulan mampu dijalankannya dengan giat dan sabar. Rantai hanya butuh waktu 4 tahun untuk bisa berada di posisinya sekarang ini. Seorang jurnalis terkenal yang punya acara talk show sendiri sekaligus menjadi executive produser di acara itu. Namun perjuangannya hingga bisa berada di posisi tersebut tidaklah mudah. Awalnya Rantai hanya bekerja sebagai reporter untuk berita - berita ringan. Tapi karena keuletannya menelusuri berita - berita besar secara mendalam, ditambah kemampuan negosiasinya dan pandai bicara, Rantai mulai diberi kepercayaan untuk menangani berita - berita besar. Rantai juga sering dikirim keluar kota bahkan keluar negri sampai akhirnya dia berhasil menjadi pembaca berita / anchor yang dapat diperhitungkan.

Dan sampailah pada peristiwa puncak yang membuat karirnya langsung naik melejit. Peristiwa yang tidak akan pernah Rantai lupakan selama hidupnya, moment yang paling menegangkan dan menakutkan dalam hidupnya. Waktu itu oleh atasannya dia ditugaskan ke wilayah konflik di timur tengah. Wilayah yang dihindari oleh reporter - reporter lain. Tapi tidak dengan Rantai, dia menyanggupi penugasan itu. Namun ketika sampai di wilayah itu, keberaniannya mulai menciut. Untuk pertama kalinya Rantai bisa menginjakkan kaki di tanah timur tengah. Tanah yang dulunya makmur sejahtera tapi kini begitu kering berdebu dengan rakyatnya yang kelaparan. Tapi satu lagi yang membuatnya terpana disana, pemandangan para tentara bule yang selalu mondar- mandir dan siap siaga menulusuri setiap sudut kota siang dan malam.

Jurnalis - jurnalis asing seperti dirinya tidak bisa bergerak bebas disana. Para tentara selalu memeriksa dokumen - dokumen mereka dimana pun mereka berada. Pernah suatu hari Rantai mendapati teman jurnalisnya yang berasal dari Australia dipaksa keluar dari kota tersebut karena kepergok para tentara sedang merekam wilayah terlarang. Jurnalis tersebut bahkan sempat masuk penjara selama semalam dan diinterogasi habis - habisan. Tapi waktu malamlah yang menjadi waktu paling menyeramkan. Itu adalah waktunya perang antara tentara bule dan tentara timur tengah. Rantai dan jurnalis lainnya tidak pernah bisa tidur nyenyak saat malam. Ketika gelap datang, hanya bunyi tembakan keras yang terdengar. Yang bisa mereka lakukan hanyalah bersembunyi di bawah tempat tidur dan berdoa semoga mereka masih bisa melihat matahari esok.

Selama beberapa minggu, Rantai dan timnya menelusuri kota tersebut dengan perasaan was was. Mereka tidak bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Untuk pertama kalinya Rantai bisa bertatap langsung dan mewawancarai rakyat kota tersebut yang selama ini hanya bisa dia lihat di televisi. Rantai bisa melihat dan merasakan langsung penderitaan hidup mereka. Hanya ketakutan dan kelaparan yang terlihat di mata mereka, dan juga harapan mereka yang tidak pernah putus agar perang di tanah mereka berhenti. Namun ketegangan tidak sampai di situ. Ketika tugas mereka selesai dan berniat pulang ke tanah air, mereka dihadang oleh para tentara untuk diinterogasi hingga berhari - hari. Kabar tentang mereka langsung sampai ke tanah air.

Berita penyandraan mereka langsung jadi headline utama di Indonesia bahkan di dunia internasional. Para diplomat Indonesia bahkan Presiden pun turut ikut campur dan membantu menyelesaikan masalah ini. Pihak Indonesia langsung melancarkan protes ke negara tersebut dan meminta mereka untuk membebaskan Rantai dan timnya. Setelah negosiasi yang berlangsung cukup alot, akhirnya Rantai dan timnya dibebaskan dan pulang ke tanah air dengan selamat. Kepulangan mereka disambut penuh keharuan oleh keluarga dan rakyat Indonesia. Dan sejak itulah kehidupan Rantai berubah. Kalau biasanya Rantai yang mewawancarai para sumber, tapi kini Rantai lah yang diundang kemana - mana sebagai sumber berita. Bahkan dia diperebutkan oleh banyak stasiun TV yang menawarkan posisi - posisi menjanjikan. Tapi akhirnya Rantai memutuskan untuk tetap bertahan di stasiun tv tempat dia bekerja saat ini. Mereka langsung menawarkan posisi Pimpinan Redaksi kepada Rantai. Posisi yang cukup prestisius untuk ukurannya yang masih muda apalagi belum sampai 3 tahun dia bekerja disana.

Karirnya langsung naik melesat jauh melewati rekan - rekannya yang lain. Bahkan Rantai sempat masuk nominasi award untuk katagori wanita berpengaruh di Indonesia. Posisi yang cukup membanggakan walaupun itu hanya nominasi. Kemudian tidak sampai 1 tahun dirinya sebagai Pimred, Rantai memberanikan diri untuk mengajukan proposal acaranya sendiri. Dan disinilah dia berada sekarang. Seorang jurnalis ulung yang berani menguak berita - berita besar yang kadang menjadi kontroversi. Rantai berani mencari berita - berita yang selama ini tidak pernah beredar dan menjadikan berita tersebut layak diketahui oleh masyarakat, baik mengenai politik, kriminalitas, maupun tentang hal - hal selama ini dianggap tabu. Rantai selalu menghadirkan sumber - sumber yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan.

Walaupun kadang ada perasaan was - was pada dirinya ketika menjalankan tugasnya. Rantai menyadari pasti ada orang - orang yang tidak suka padanya, baik karena iri dengan kesuksesannya ataupun karena sepak terjangnya selama ini yang suka menyinggung dan menguak rahasia orang - orang penting. Tidak jarang dia mendapatkan teror dan ancaman dari orang - orang yang tidak suka padanya. Tapi itu memang sudah resikonya bekerja di dunia jurnalis. Toh selama ini teror dan ancaman tersebut selalu bisa diredam oleh pihak polisi. Namun tidak sampai pada malam ini. Malam yang telah memutar balikan nasibnya 180 derajat.

FILOSOFI KOPI : FINAL DECISION




Puncak Gunung Georgia berada di wilayah Tusheti, merupakan hunian asli dari penduduk desa yang masih menggunakan peralatan bebatuan sederhana. Lokasi ini masih sangat asli, murni, dan jauh dari peradaban modern. Karena lokasinya cukup sulit dijangkau dengan kendaraan besar, Tuhesti lebih cocok dijadikan destinasi wisata bagi para backpacker. Keesokan paginya, setelah sarapan mereka mulai bersiap-siap untuk melakukan pendakian. Untuk menempuh puncaknya diperlukan waktu selama kurang lebih tiga jam. Namun sebelumnya, Ben dan Jody harus menumpang jeep terlebih dahulu untuk sampai di kaki gunung. Setelah itu barulah proses pendakian dimulai.

Selama perjalanan dari kota Tbilisi menuju ke kaki gunung, mereka disuguhkan pemandangan alam dan danau Ananuri yang menakjubkan. Selain danau dengan sungai yang mengalir, di kanan kiri juga terlihat tebing terjal. Jalanan yang mereka tempuh lumayan sempit dan sepi, berliku-liku naik turun bukit. Perjalanan ini kembali mengingatkan Ben dan Jody pada pertemuan mereka pertama kali. Ben masih ingat betul dengan penampilan Jody waktu itu di telaga Cebong. Kali ini mereka menertawakan hal itu bersama. Untungnya kali ini Jody sadar diri. Jody dan Ben kali ini sudah siap dengan peralatan daki sederhananya. Jaket tebal, sepatu treckking, dan tas carriel berhasil mereka dapatkan di tempat penyewaan dekat hotel.

Sebenarnya ada satu spot terkenal yang ingin mereka capai di pegunungan kaukasus ini. Terletak di Desa Gergeti, di luar Kota Stephantsminda - Georgia, terdapat Gereja Gergeti Trinity yang terisolasi dari keramaian. Gereja ini terkenal dengan julukan Holy Trinity, terletak di atas sebuah puncak gunung dekat dengan Gunung Kazhegi, salah satu puncak tertinggi dan terindah di kawasan Kaukasus.

Semua lelah dan peluh selama pendakian akhirnya terbayar, ketika sedikit demi sedikit tower gereja mulai terlihat dari kejauhan. Usaha mereka tidak sia-sia, pemandangan yang mereka liat saat ini begitu mengagumkan. Sisa kabut yang masih terasa di sekeliling mereka, membuat aura gereja makin terasa mistis. Udara segar dan dingin pun mulai menyelimuti tubuh Ben dan Jody, apalagi ketika mereka sudah tidak lagi banyak bergerak karena pendakian telah selesai. Benar kata orang, puncak apapun itu memang selalu mampu menghipnotis setiap orang yang mampu mencapainya. Mungkin karena itulah banyak orang berlomba-lomba mencapai puncak kesuksesan. Karena ketika sampai di atas kita bisa melihat semua hal, lebih jelas dan lebih jernih.

Setelah beristirahat cukup lama di teras gereja, mereka akhirnya memasuki gereja tersebut. Mereka mulai menjelajahi tiap sudut dari gereja ini. Dari dalam, Holy Trinity terlihat besar dan megah. Walaupun berada di puncak gunung, gereja ini tetap terjaga kebersihannya, bahkan tidak pernah sepi dikunjungi oleh jemaat sekaligus wisatawan asing maupun lokal. Setelah puas menjelajahi setiap sudut gereja, mereka mulai menyusuri Hutan Kaukasus dan padang rumput khas yang ada di sekelilingnya.

Ben dan Jody terlihat hening, saling terdiam menikmati pemandangan yang ada di depan mereka. Mereka merasa inilah saatnya bagi mereka membuat keputusan penting, dengan pikiran yang jernih dan tanpa tekanan dari manapun. Ben memecahkan keheningan itu. Sambil menatap tubuh sahabatnya itu, tanpa basa basi Ben langsung mengungkapkan satu rahasia kepada Jody mengenai Ayahnya. Jody menyimak kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut Ben, tanpa berkata sedikitpun. Lalu Jody tertunduk, matanya menatap tanah yang ada di bawahnya.


3 BULAN KEMUDIAN

Jody sedang duduk berdua bersama seorang wanita di sebuah cafe di daerah Kuningan. Mereka duduk saling menghadap masing-masing, terlihat sedang membicarakan sesuatu yang intens. Sedangkan Ben, tidak jauh dari cafe tersebut terlihat sedang memperhatikan Jody dan wanita itu dari kejauhan. Namun dia tidak sendirian, ada satu wanita yang dengan setia menemaninya.




THE END........................

FILOSOFI KOPI : THE REAL TALK



Ternyata ada banyak perubahan yang terjadi di antara mereka berdua selama terpisah. Ben dan Jody bisa saling merasakan perubahan itu. Ben kini bisa lebih mengontrol emosinya, dia juga mulai menghilangkan sifat egois dan cueknya, mencoba berusaha menjadi orang yang peka. Yang paling menarik dari perubahan itu, kini Ben punya jawaban baru bila ditanyakan kopi apa yang terbaik di dunia. Jawabannya bukan lagi Ben Perfecto atau pun kopi tiwus, tapi tidak ada. Menurutnya setiap kopi punya karakteristik dan keunikan sendiri, punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Menurutnya tidak adil bila setiap kopi harus punya label terbaik atau tidak. Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana kopi itu diperlakukan sejak pertama ditanam hingga akhirnya diseduh dan disuguhkan kepada penikmatnya. Petani juga memegang peranan penting dalam dunia perkopian, karena itulah kini dia rajin memberikan edukasi kopi kepada para petani.

Jody pun kini ikut berevolusi, sekarang dia menjadi orang yang ambisius. Dia kini menjadi seorang leader di antara rekan-rekan kerjanya. Posisinya sekarang membuatnya mau tidak mau menjadi orang yang tegas dan sedikit bossy. Tapi sepertinya Jody menikmati itu, menjadi orang yang berani mengambil keputusan penting dalam perusahaan. Walaupun kadang juga suka membuat keputusan impulsif yang untungnya berhasil, seperti yang sekarang ini dia lakukan, nekat mengajak Ben melakukan perjalanan dadakan.

Akhirnya mereka tiba di kota Tbilisi, yang menjadi ibukota Georgia dan detak jantung kaukasus. Kota ini terlihat sedang berusaha mengejar ketinggalan saat mereka masih bergabung di Uni Soviet dulu. Hotel berbintang, restoran dan kehidupan malam terasa kehadirannya di pusat kota. Di hari pertama mereka memutuskan hanya berjalan-jalan sebentar di pusat kota. Perjalanan panjang yang mereka lalui ternyata sangat melelahkan dan akhirnya hampir seharian mereka beristirahat di hotel tempat mereka menginap. Keesokan harinya barulah mereka berpetualang.

Di hari kedua setelah sarapan, mereka langsung ikut sebuah tour gratis yang sengaja disiapkan oleh pihak hotel. Dengan menggunakan cable car mereka mengunjungi Narikala Fortress, melihat benteng kuno yang dibuat pada abad ke 4. Kemudian dilanjutkan menuju Mzkheta yang merupakan bekas ibu kota Georgia yang sudah berumur lebih dari 2500 tahun. Selanjutnya di hari ketiga mereka mengunjungi salah satu wilayah paling subur di negara ini. Kota Signagi, kota yang dikelilingi oleh benteng tua dengan latar belakang Gunung kaukasus yang megah. Siangnya mereka menuju The Sinandali yang merupakan bekas tempat keluarga kerjaan Rusia berlibur.

Dalam petualangan kali ini, mereka kembali berbincang. Mereka mulai membayangkan bagaimana jadinya bila mereka menerima tawaran dari PH itu. PH tersebut mengatakan program yang mereka tawarkan ini akan dan harus memasangkan mereka berdua, tidak boleh hanya salah satu yang ikut program itu. Nantinya mereka akan traveling selama setahun menjelajah kopi di seluruh dunia, dimulai dari keliling Indonesia, lalu Asia, mampir sebentar ke Eropa, dan terakhir ke benua Afrika. Jody mulai berpikir panjang. Bila dia menerima tawaran itu, bukan saja dia harus meninggalkan perusahaan barunya, tapi juga harus terpisah dengan wanita yang sudah 3 bulan ini didekatinya. Namanya Dami, dia salah satu karyawan dari perusahaan klien yang berhasil digaetnya.

Ben yang penasaran tentang siapa Dami meminta Jody untuk menceritakan kisah mereka. Sebenarnya pertemuan mereka pertama kali tidaklah begitu baik, ada sedikit adu argumen dan kesalahpahaman waktu itu. Tapi pertemuan yang begitu kerap di antara mereka, membuat keduanya akhirnya berdamai dan saling mengenal satu sama lain. Menurut Jody, Dami adalah wanita impiannya selama ini, wanita yang cocok menjadi pendamping hidupnya. Ini saatnya bagi Jody membuka lembaran baru, mengikuti jejak Cicinya.

Mendengar cerita cinta Jody, membuat Ben makin terbawa perasaan. Dulu dia begitu yakin dengan perasaannya terhadap El, wanita yang tanpa sengaja mengenalkannya pada kopi tiwus. El yang tadinya membuat Ben marah karena merusak obsesinya, akhirnya mampu merubuhkan tembok besar di hati Ben. Dibalik semua pertengkaran mereka dulu, ternyata mereka punya banyak persamaan. Mereka mencoba menjalani hubungan LDR, mencoba melawan nasib yang memisahkan mereka. Tapi ternyata tidak mudah menjalani hubungan seperti itu. Ada banyak godaan diantara mereka, komunikasi yang sulit kadang menimbulkan kesalahpahaman. Ben kini tidak yakin hubungannya dengan El akan berlanjut, apalagi setelah Ben tahu kalau El punya banyak teman pria di Prancis yang jauh lebih sukses darinya.

Selain itu ada satu hal lagi yang masih mengganjal di hatinya. Ini bukan tentang cerita cintanya, tapi tentang Jody. Ada satu rahasia penting yang selama ini disembunyikan Ben mengenai Ayah Jody. Ben sebenarnya tahu tentang kemarahan Jody kepada Ayahnya selama ini, tapi dia bingung bagaimana cara menceritakannya. Ben merasa butuh waktu yang tepat untuk membuka rahasia itu pada Jody, dia takut reaksi Jody tidak sesuai dengan ekspektasinya. Pada hari ke empat, akhirnya Ben mempunyai ide untuk mengajak Jody mendaki Puncak Gunung Kaukasus Georgia. Ben merasa itulah waktu yang tepat untuk menceritakan rahasia Ayah Jody selama ini. Ketika nanti mereka mencapai puncak gunung, semuanya pasti akan terasa lebih jernih.


FILOSOFI KOPI : THE NEW ERA & CRAZY ACT






Sudah 1 tahun lebih Coffee Truck Filosofi Kopi berjalan bersama komunitasnya. Kini Ben dan Jody hanya tinggal memantaunya saja, sementara mereka sekarang sudah punya kesibukan masing-masing. Tidak bisa dipungkiri memang, kini mereka sudah ada di titik jenuh, keduanya butuh dunia baru di luar dunia mereka. Jody sekarang mulai intens berkomunikasi dengan teman-teman almamaternya waktu di Ausie. Mereka mulai membuka bisnis baru di bidang konsultan keuangan, di samping juga tawaran dari perusahaan-perusahaan besar yang terus berdatangan mencoba merekrut Jody.

Sedangkan Ben, bersama komunitas filosofi kopinya kini mulai membuat gerakan masif, mengajak komunitas lain di luar komunitas mereka untuk memberikan edukasi kopi kepada para petani di berbagai daerah. Ben bahkan berhasil menggaet sponsor besar untuk membantu membiayai gerakan ini. Ben mulai berkelana ke berbagai wilayah di Indonesia untuk mengenal lagi berbagai macam kopi yang belum pernah ditemuinya. Itulah bentuk dedikasinya kini terhadap kopi, membuat kopi Indonesia makin mendunia. Kesibukan Ben dan Jody makin tak terbendung. Sudah hampir 4 bulan mereka tidak bertemu, tenggelam dengan kesibukan masing-masing. Hingga akhirnya tawaran terbesar yang pernah mereka dapatkan datang menghampiri mereka. Tawaran yang membuat mereka terbelah di antara dua cabang, memilih dunia masing-masing yang kini mereka minati, atau kembali bersama menerima tawaran besar itu.

Sebuah production house berbasis asia menawarkan mereka untuk bekerjasama membuat program reality show traveling mengenai kopi Indonesia. Mereka tertarik dan terinspirasi dengan konsep filosofi kopi yang Ben dan Jody ciptakan. Mereka percaya bahwa komunitas, gerakan, dan konsep filosofi kopi harus mulai digaungkan ke seluruh asia, dan itu mampu direalisasikan melalui program yang mereka tawarkan. Tapi ternyata tidak mudah mempertemukan Ben dan Jody dalam sebuah janji. Kesibukan dan jadwal mereka yang padat menyebabkan mereka berkali-kali membatalkan janji bertemu diantara keduanya. Walaupun mereka tahu cepat atau lambat mereka harus menduskusikan ini, membuat keputusan terbaik untuk mereka dan filosofi kopi.

Dan takdir pun berbicara, setelah hampir 4 bulan mereka tidak pernah bertemu, tanpa rencana sekalipun mereka malah bersua di tempat yang di luar dugaan. Mereka bertemu di bandara, tepatnya area tunggu keberangkatan luar negri. Sepertinya alam semesta memang tidak rela melepaskan dua dynamite ini terpisah lama. Mereka bahkan terjadwal pada penerbangan yang sama menuju Singapura. Ketika menyadari hal itu, secara spontan mereka saling menertawakan nasib mereka masing-masing. Mereka langsung berpelukan seperti kawan yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu, yang anehnya perasaan itu sama seperti waktu pertama kali mereka berkenalan.

Sambil menunggu pesawat boarding, Ben dan Jody mulai berceloteh saling menceritakan kesibukan mereka masing-masing. Bisnis Jody bersama teman-teman kuliahnya yang belum ada setahun bisa dikatakan cepat menanjak untuk ukuran perusahaan baru. Klien mereka terus bertambah, mulai dari perusahaan kecil hingga perusahaan besar yang berpaling ke jasa konsultannya. Almamater yang Jody sandang memang menguntungkan bisnisnya, tapi Jody yakin kerja keras dan kemampuan teman-temannya juga ikut memegang peranan penting. Jody sepertinya memang sudah nyaman di posisinya sekarang, merasa inilah dunianya saat ini. Begitu juga dengan Ben, jiwa bebas dan ideologi yang dianutnya kini sudah menemukan tempat yang cocok. Ben akhirnya menemukan orang-orang yang sealiran dengannya, orang-orang yang mendedikasikan hidupnya untuk kopi Indonesia. Sama seperti Jody, Ben juga akhirnya menemukan dunianya.

Tidak bisa dipungkiri memang, kini mereka mulai growing apart, mulai menemukan jati diri masing-masing. Dan itulah yang membuat mereka makin gundah gulana. Di saat mereka sudah nyaman di planet masing-masing, tiba-tiba planet baru yang jauh lebih bersinar mengundang mereka datang. Membuat keputusan bersama memang tidak mudah, ada banyak pertimbangan yang harus mereka pikirkan. Sampai dengan pesawat mulai mendarat di Changi Airport diskusi belum juga berakhir. Perjalanan 2 jam menuju Singapura seperti waktu yang sangat singkat bagi mereka, titik temu pun belum juga mereka temukan. Akhirnya setelah sampai di Changi Airport dan hendak berpisah, mereka berjanji untuk bertemu kembali secepatnya setelah urusan mereka selesai.

Jody berada di Singapura dalam rangka perjalanan bisnis. Ada satu perusahaan Singapura yang sepertinya tertarik untuk bergabung dengan jasa konsultannya. Perusahaan tersebut memintanya untuk mempresentasikan langsung ke dewan direksi. Sedangkan Ben ada di Singapura untuk mengikuti Coffee Fair selama 3 hari, ajang yang memang sudah lama ditunggunya. Tadinya Jody memang berencana hanya semalam di Singapura tapi rencananya berubah sejak bertemu Ben di bandara Jakarta. Setelah presentasinya selesai Jody langsung menemani Ben mengikuti Coffee Fair, kembali bergumul dengan kopi setelah cukup lama absen dari dunia perkopian.

Di hari terakhir acara tersebut, ketika mereka sudah siap pulang ke Jakarta, keputusan masih belum tercipta. Di bandara Changi malam itu mereka saling terdiam, galau dengan diri mereka masing-masing. Ben dan Jody sudah sangat nyaman dengan dunia mereka saat ini, sepertinya sulit membayangkan bila harus keluar dari zona nyaman. Tapi mereka juga sadar, tawaran ini bukan tawaran sembarangan. Ini adalah tawaran yang akan mengubah jalan hidup mereka selamanya, sama seperti kopi tiwus yang juga telah mengubah hidup dan pandangan mereka dahulu.



Kemudian Jody tersadar dari lamunannya. Tiba-tiba dia tertarik dengan papan jadwal yang ada tepat di atas kepalanya. Ada 1 nama kota yang begitu asing tertera di papan jadwal tersebut. Tbilisi. Kota di negara mana itu? Lalu Jody coba menggoogling menggunakan smartphone nya. Hampir setengah jam dia menatap smartphone nya tanpa berkutik, bahkan lupa kalau Ben ada di sampingnya. Jody seperti dihipnotis, dia tertarik dengan kota yang baru diketahuinya hari itu, kota Tbilisi yang ternyata ada di negara yang bernama Georgia.

Georgia adalah sebuah negara trans benua di sebelah timur Laut Hitam di selatan kaukasus antara benua Eropa dan benua Asia. Bekas republik di Uni Soviet ini mempunyai pegunungan kaukakus yang agung dan menakjubkan, sehingga menumbuhkan banyak sungai yang bermuara di Laut Hitam dan Laut Kaspia. Penduduknya terdiri dari berbagai suku, antara lain Georgia, Azeri, Armenia, dan Rusia. Jody jadi teringat dengan mimpinya dulu, berkelana bebas ke banyak tempat lalu menuliskan semua yang dirasakan dan dilihatnya sendiri. Mimpi-mimpi itu seperti tertidur lama hingga akhirnya sekarang terbangun untuk mengingatkan Jody. Entah dari mana kenekatan itu datang, tapi Jody merasa inilah saatnya untuk melakukan hal secara spontanitas.

Saat itu juga Jody mengajak Ben untuk berpetualang ke negri Georgia yang baru dikenalnya. Jody percaya inilah saatnya untuk mereka melakukan perjalanan jati diri. Jody yakin bahwa mereka akan menemukan jawaban dari segala kebimbangan terhadap tawaran besar yang mereka diterima itu. Ben terkaget-kaget melihat kelakuan sahabatnya ini. Belum pernah sekalipun Ben melihat Jody seimpulsif itu. Dia tidak menyangka kalau sifat impulsif itu ternyata bisa tertular, karena buktinya ada tepat di depan matanya. Awalnya Ben menolak mentah-mentah rencana gila itu, tapi sepertinya alam semesta mendukung Jody kali ini. Setiap alasan yang dikeluarkan Ben untuk menolak rencana gila itu selalu dapat ditepis dengan solusi yang secara ajaib muncul begitu saja.

Jody langsung mendapatkan penerbangan ke Tbilisi dengan harga yang cukup murah karena promo, yang anehnya itu untuk keberangkatan besok pagi. Jody bahkan menjanjikan untuk membiayai semua biaya dan akomodasi mereka selama di sana, walaupun belakangan akhirnya Ben sadar kalau itu uang tabungan mereka yang selama ini disembunyikan Jody. Dan mengenai visa, lagi-lagi Jody kali ini beruntung. Mereka berhasil apply visa Georgia secara online tanpa menemukan kesulitan sedikitpun. Soo.. terlaksanalah semua ide gila Jody ini. Mereka memutuskan untuk bermalam di bandara, menunggu hingga pagi datang dan akhirnya terbang ke negri entah berantah. Perjalanan dari Singapura ke Tbilisi ternyata cukup lama, waktu yang cukup untuk Ben dan Jody kembali berbincang panjang hingga akhirnya tertidur.

Klik lagi ya!

FILOSOFI KOPI : FLASHBACK TO FILKOP



 



Lalu tiba-tiba muncul lah ide itu. Waktu itu Jody dan Ben sedang nongkrong ngalur ngidul tak jelas. Sejak kematian Ayah Jody, mereka seperti kehilangan arah. Mimpi-mimpi mereka seperti tertutup awan gelap, kehilangan sumber cahayanya. Yang di pikiran Jody selama ini adalah cepat-cepat menyelesaikan pendidikannya agar bisa meneruskan usaha keluarganya tanpa punya rencana cadangan apapun. Sedangkan Ben, sejak kematian Ayah Jody seperti kehilangan mentornya. Ben memang sudah lama merencanakan untuk keluar dari rumah Jody setelah dirinya settle. Tapi bukan dengan cara seperti ini, tanpa sempat membalas semua kebaikan keluarga Jody selama ini.

Lalu mereka teringat dengan 1 aset milik keluarga Jody yang masih tersisa. Sebuah ruko sederhana di daerah Melawai yang dibiarkan kosong begitu saja. Jody sebenarnya bisa saja menuruti kata Cicinya untuk menjual ruko itu, tapi Jody bersikeras mempertahankannya tanpa alasan yang jelas. Barulah sekarang dia menyadari kenapa dia melakukan itu. Ini saatnya dia membuat keputusan untuk dirinya sendiri, tanpa paksaan ataupun arahan dari keluarganya. Jody memutuskan untuk membangun usahanya sendiri, membuka sebuah kedai kopi bersama Ben di ruko yang hampir saja dijual itu. Tanpa pikir panjang Jody langsung mengundurkan diri dari kantor tempatnya bekerja saat itu. Walaupun kedudukannya di kantor itu dibilang nyaman, tapi itu tidak berarti membuatnya betah. Sepertinya otak berdagang dan gen berwirausaha memang sudah mendarah daging di keluarganya.

Namun ternyata tidak mudah menjalankan sebuah bisnis bersama dengan sahabat sendiri. Perbedaan karakter makin terlihat nyata ketika mereka mulai menjadi partner kerja. Konflik pun semakin tak terhindarkan, mulai bermunculan di antara keduanya. Ben dan Jody mulai mengeluarkan sifat dominan mereka masing-masing. Tidak jarang mereka bertemu jalan buntu dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi. Bila itu terjadi yang biasa mereka lakukan adalah berjalan sendiri sementara, merenungi dan mencoba intropeksi diri sendiri. Mereka berusaha keras untuk tetap menjalankan bisnis ini seprofesional mungkin. Mereka menyadari saat ini hanya itu yang mereka punya, hanya itu yang bisa mereka perjuangkan. Bisnis ini bukan saja menggerakan roda ekonomi Ben dan Jody, tapi juga karyawan-karyawannya, selain juga berusaha mengumpulkan sen demi sen untuk melunasi utang Ayah Jody.

Untungnya kedai mereka makin lama makin berkembang. Mereka sudah punya pelanggan setia yang datang silih berganti. Konsep kedai mereka memang berbeda dari yang lain. Mereka bukan lagi menjual kopi pada umumnya, tapi lebih menjual gaya hidup yang mulai menjadi trend di kalangan anak muda. Customer bukan hanya datang ke kedai mereka untuk menikmati kopi, tapi mereka juga mendapat pengetahuan lebih tentang kopi yang diminumnya. Tidak jarang bila ada waktu luang, Ben dengan senang hati duduk bersama pelanggan, berceloteh tentang kopi hingga berjam-jam, dan menganggapnya sebagai salah satu service excellent dari kedainya.

Hingga akhirnya prahara itu datang. Ulasan dari salah satu koran ternama di ibu kota tentang kedai mereka mengundang rasa penasaran seorang pengusaha kaya. Pengusaha itu menantang Ben untuk membuat kopi terbaik di dunia agar bisa disuguhkan kepada salah satu partner kerjanya demi menyukseskan proyek besar pengusaha itu. Tanpa berpikir panjang Ben menyanggupi tantangan itu, tanpa sekalipun bertanya kepada Jody terlebih dahulu. Jody sudah hapal betul dengan sifat keimpulsifan sahabatnya itu. Tapi sepertinya sifat kumatnya muncul di saat yang tidak tepat. Karena Ben bukan saja menerima tantangan itu, tapi dia menaikkan level tantangannya, yang bila kalah maka bisnis kedainya bisa saja bangkrut tak tersisa. Siang malam Ben habiskan waktunya untuk menciptakan kopi terbaik, untuk membuktikan kepada Jody kalau dia mampu memenuhi tantangan pengusaha kaya itu tanpa harus menggadaikan kedainya sendiri.

Namun ketika Ben sudah berhasil menciptakan kopi terbaiknya yang dinamakan Ben Perfecto, tiba-tiba wanita cantik bernama El datang membuyarkan semua rencananya. Dengan terang-terangan El yang seorang Q-Grader bersertifikat internasional mengatakan bahwa kopi terbaik saat ini bukan di kedainya, tapi ada di sebuah warung kopi kecil di sebuah desa di Ijen. Itulah pertama kalinya Ben dan Jody akhirnya mengenal kopi tiwus, kopi yang berhasil membolak balikan nasib mereka. Ben sepertinya sulit menerima kekalahan ini. Dia menyalahkan El atas semuanya, merasa sejak El datang semuanya menjadi kacau. Dengan berat hati setelah berdebat panjang dengan Jody akhirnya mereka menyuguhkan kopi tiwus kepada pengusaha kaya itu. Dan benar saja akhirnya mereka memenangkan tantangan itu.

Namun setelah tantangan itu berakhir, Ben seperti kehilangan semangat hidup. Ben mungkin memang telah memenangkan tantangan itu, tapi baginya itu adalah kekalahan telak yang harus dia terima dengan berat hati. Ben Perfecto kalah dari kopi tiwus. Hal ini akhirnya menyadarkannya pada sesuatu. Obsesinya terhadap kopi selama ini sebenarnya hanya untuk melupakan luka dalam terhadap Ayahnya. Ini saatnya bagi Ben untuk berdamai dengan lukanya sendiri, pulang ke kampung halamannya dan memaafkan Ayahnya. Jody sendiri sejak ditinggalkan Ben merasa berat sebelah, dia butuh Ben untuk seimbang menjalani kedai filosilofi kopi. Jody akhirnya memutuskan untuk menjual rukonya dan membeli sebuah bis bertingkat. Ben mengilhami Jody untuk berdamai juga dengan dirinya sendiri. Mungkin Jody memang tidak sempat melampiaskan kemarahannya selama ini pada Ayahnya, tapi sudah saatnya untuk Jody melepaskan semua beban itu. Melangkah ke depan menuju mimpi-mimpinya yang lain.

Ben akhirnya kembali ke Jakarta, kembali menyeimbangkan filosofi kopi yang kini berubah konsep, dari kedai menjadi coffee truck dengan merombak habis bis bertingkat yang dibeli Jody. Untungnya pelanggan setia mereka tetap mengikuti kemanapun Coffee Truck Filosofi Kopi berada. Bahkan pelanggan-pelanggan baru makin banyak berdatangan. Coffee Truck Filosofi Kopi tidak pernah ketinggalan mengikuti food festival di seantero Jakarta. Malah sekarang mereka sudah punya komunitas sendiri. Komunitas inilah yang selanjutnya menggerakkan Coffee Truck Filosofi Kopi, dikala Jody atau Ben tidak sempat mengurusnya.


FILOSOFI KOPI : UNPUBLISH STORY






Dua tahun kemudian oleh Ayah Jody, Ben disekolahkan di tempat yang diinginkannya, di Barista Basics Coffee Academy, Australia. Sekaligus juga mengunjungi Jody sahabatnya di sana. Kunjungan Ben ke negara Kanguru itu disambut gembira oleh Jody. Setelah hampir 2 tahun mereka tidak bersua, akhirnya dynamite duo ini bisa berkumpul kembali, siap memulai petualangan baru mereka di negeri orang. Ben berusaha semaksimal mungkin memanfaatkan waktu 6 bulan yang dia miliki untuk bisa belajar langsung dengan para ahli kopi di sana, sekaligus berpetualang seru dengan sahabatnya Jody. Untungnya saat itu Jody baru saja memulai liburan semesternya, sehingga punya banyak waktu untuk membuat rencana petualangan mereka.

Mereka tidak takut menjelajah hal-hal baru selama di sana, seperti nekat menyelam di kolam berisi buaya-buaya liar di Crocosaurus Cove Darwin. Mereka juga sempat mengunjungi pulau Tasmania, tempat yang memiliki ciri khas tersendiri dengan gurunnya, selain juga menawarkan panorama alam yang menakjubkan dimana segala bentuk sejarah Australia hingga budaya yang khas bisa dirasakan langsung di sana. Dan terakhir mereka juga tidak lupa mengunjungi Kangaroo Island, melihat dan berinteraksi langsung dengan hewan yang menjadi icon negara Australia selama ini. Dua manusia ini mencoba masuk ke dunia baru dalam petualangan. Dunia yang hanya dimengerti oleh mereka. Dunia yang menelanjangkan mimpi-mimpi dan cita-cita mereka selama ini. Ben bahkan sempat berkunjung ke kota Cairn sendirian hanya untuk menikmati kopi di Caffiend yang terkenal dengan racikannya yang sangat luar biasa.


Petualangan mereka kali ini menelurkan pandangan-pandangan nyata yang sebelumnya bias. Ben kini makin yakin dengan jalan hidup yang dipilihnya, mendedikasikan diri pada kopi dan mencoba mencari terobosan baru di dunia kopi. Sedangkan Jody, kini semangatnya makin membara untuk cepat-cepat menyelesaikan pendidikannya dan kembali ke Jakarta, mengembangkan usaha keluarganya dengan ide-ide brilian yang sudah disiapkannya. Tapi ada satu hal yang masih mengganjal di hati Jody.

Walaupun saling terbuka satu sama lain, sebenarnya Jody menyimpan rasa iri pada Ben yang tidak pernah diungkapkannya. Jody merasa iri dengan hidup Ben yang bisa bebas memutuskan jalan hidupnya sendiri, tanpa paksaan, tanpa arahan dari orang lain. Sedangkan Jody, hidupnya seperti sudah diputuskan oleh orang tuanya sejak lahir. Menjadi satu-satunya anak lelaki yang lahir di keluarganya, secara otomatis menjadikannya penerus generasi tanpa bisa memilih apa yang sebenarnya dia inginkan. Dibalik semua itu, yang diinginkannya adalah berkelana bebas, berpetualang ke banyak tempat lalu mengukirkan sejarahnya sendiri diatas kertas. Menuliskan semua yang dirasakan dan dilihatnya sendiri. Sebenarnya selama ini ada kemarahan yang disimpan rapi oleh Jody terhadap Ayahnya, merasa diperlakukan tidak adil antara dirinya dan Ben. Tapi biarlah itu menjadi rahasia kecilnya, menyimpan sendiri rasa iri dan kemarahannya, juga mimpi-mimpinya. Suatu saat dia pasti akan mempertanyakan itu pada Ayahnya.

Namun nasib berkata lain. Tidak lama setelah Jody lulus kuliah Ayahnya meninggal akibat serangan jantung. Usaha keluarga turun temurun yang siap Jody lebarkan sayapnya keburu bangkrut hampir tak tersisa. Yang membuatnya lebih shock adalah ketika Jody tahu kalau Ayahnya punya hutang besar pada Ko Ahong, partner kerjanya. Tidak pernah terbesit sekalipun di pikiran Jody akan mengalami kejatuhan ini. Kemarahan Jody selama ini pada Ayahnya seperti gunung merapi yang akhirnya meletus. Dia bukan saja marah karena diperlakukan tidak adil, dia juga marah karena harus menanggung semua kesalahan yang dibuat Ayahnya.

Jody berusaha keras membayar hutang-hutang Ayahnya. Mulai dari menjual beberapa aset Ayahnya, hingga bekerja siang malam mengumpulkan sebagian gajinya untuk membayar hutang. Cicinya yang kini sudah menikah juga tidak bisa berbuat banyak untuk membantu adiknya itu. Sedangkan Ben untuk membantu keluarga Jody, terpaksa pindah dari rumah Jody, agar Jody dan Ibunya bisa sedikit menghemat biaya hidup mereka sekarang ini.

Next yuk disini...

FILOSOFI KOPI : JEJAK MASA LALU & MASA MUDA




Kopi tiwus... jelas telah mengubah jalan hidup mereka. Hidup Ben & Jody seutuhnya. Makna kesempurnaan tidak lah lagi penting bagi mereka. Malah ketidaksempurnaan lah yang membuat hidup mereka jadi sempurna. Obsesi Ben yang selama ini dia anut kini berubah bentuk, menjadi rasa dan aroma yang tulus. Begitu juga dengan Jody, sekarang dia punya kalkulator baru dalam hidupnya, berupa angka-angka perdamaian yang kini terlihat nyata. Saat ini mereka naik 1 level, ke level kehidupan yang lebih tulus dan nyata.

Sejak usia 12 tahun, mereka seperti tak terpisahkan. Mereka saling melengkapi, seperti menemukan soulmatenya masing-masing. Masih teringat jelas di ingatan Jody ketika Ben tiba-tiba datang ke rumahnya di Jakarta. Sambil membawa tas besar berisi banyak pakaian Ben nekat kabur sendirian dari kampung halamannya di Wonosobo ke Jakarta. Anak ini memang impulsif, Jody tahu benar sifat sahabatnya itu. Pertemuan mereka pertama kali pun juga karena sifat keimpulsifannya.

Saat itu mereka masih berusia 10 tahun, Jody dan keluarganya sedang berlibur ke daerah Dieng. Sedangkan Ben bersama temannya yang saat itu juga sedang libur sekolah, mencoba mendapatkan uang jajan lebih dengan berjualan kue sagon bakar di daerah Telaga Cebong. Jody dan keluarga yang waktu itu baru turun dari Bukit Sikunir tanpa sengaja menghampiri jajanan Ben. Penampilan Jody yang saat itu hanya menggunakan kaos dan celana pendek menarik perhatian Ben. Belum pernah dia melihat orang kota yang nekat bercelana pendek dan tanpa jaket itu mendaki bukit dengan suhu yang lumayan dingin saat itu. Dan yang semakin menggelitik Ben adalah melihat wajah putih Jody dengan hidungnya yang memerah, menandakan bahwa sebenarnya dia kedinginan tapi sekuat tenaga coba ditahannya. Sambil menahan tawa Ben langsung melemparkan sarung kesayangannya ke arah Jody tanpa berkata apapun. Jody yang mengerti maksudnya langsung menutupi seluruh badannya dengan sarung pemberian Ben berharap bisa merasakan sedikit kehangatan.

Setelah merasa cukup hangat dan hendak kembali ke penginapan, Jody kemudian menghampiri Ben untuk mengembalikan sarungnya dan mengucapkan terima kasih. Ben tidak menggubris ucapan terima kasih Jody, kali ini dia malah tertarik dengan kamera aneh yang tergantung di leher Jody waktu itu. Jody mencoba menjelaskan kamera apa itu. Kamera yang dibawanya adalah kamera polaroid yang mampu mencetak foto hanya dalam waktu singkat. Tanpa aba-aba tiba-tiba Jody langsung memotret Ben yang ada di depannya. Sambil tertawa kecil Jody memperlihatkan foto hasil jepretannya kepada Ben, di situ terlihat wajah lucu Ben yang kaget karena dipotret. Lalu oleh Jody foto itu diberikan kepada Ben sebagai ucapan terima kasihnya. Tapi kemudian wajah Ben yang tadinya ceria berubah datar. Ben mengeluarkan sebuah spidol dan menuliskan sesuatu di belakang foto dirinya. Ben mengembalikan foto tersebut beserta sarung kesayangannya kepada Jody lalu pergi begitu saja.

Sekembalinya di penginapan, Jody kembali melihat tulisan dibalik foto hasil jepretannya. Disitu tertulis alamat sebuah rumah dan 1 kalimat bahasa jawa "ngumbah klambi ketat pisanan" yang tidak dimengerti Jody sama sekali. Namun di hari terakhir liburannya di Dieng, setelah bertanya kepada pemilik penginapan mengenai arti dari kalimat itu, akhirnya Jody meminta orangtuanya untuk mengantarnya ke alamat rumah yang tertera di belakang foto bocah aneh yang ditemuinya beberapa hari lalu. Itulah pertama kalinya mereka saling berkenalan, mengetahui nama masing-masing. Jody akhirnya mengerti maksud dari tulisan Ben. Ben meminta Jody mengembalikan sarungnya dalam keadaan bersih, dalam keadaan sudah dicuci. Disitulah aliran kimia diantara mereka mulai tercipta, mereka langsung akrab. Seperti kawan lama yang sudah lama tidak berjumpa. Ben mengenalkan Jody pada obsesinya, kopi. Sedangkan Jody mengenalkan Ben pada dunia luar yang selama ini tidak pernah disentuhnya.

Sejak itulah mereka mulai bersahabat. Walaupun terpisah jauh oleh jarak karena tinggal di kota berbeda, mereka tetap terkoneksi. Saling mengunjungi ke kota masing-masing menjadi agenda liburan mereka. Bersahabat pena pun menjadi salah satu media mereka kala itu. Hingga 2 tahun kemudian tiba-tiba Ben datang ke Jakarta tanpa pemberitahuan apapun. Jody tahu benar kalau sahabatnya itu impulsif, Jody juga tahu kalau Ben baru saja kehilangan Ibunya. Tapi Jody sama sekali tidak menyangka kalau Ben bisa senekat itu. Kabur ke Jakarta dengan bekal seadanya jelas bukan kelakuan bocah 12 tahun pada umumnya. Tapi itulah Ben, dengan segala sifat dominannya.

Setelah berkompromi dengan keluarga Jody, Ben akhirnya diizinkan tinggal bersama keluarga Jody di Jakarta. Ayah Ben yang sebenarnya tidak menyetujui keputusan anaknya tidak bisa berbuat apa-apa. Keluarga Jody yang hangat dan sayang kepada Ben membuatnya betah. Ben seperti menemukan kembali keluarga utuhnya. Apalagi Ayah Jody yang sudah menganggapnya seperti anak sendiri, tidak seperti Ayah kandungnya yang berubah perangai sejak kematian Ibunya. Bertahun-tahun Ben tinggal di rumah keluarga Jody dan makin jarang mengunjungi Ayahnya.

Ben dan Jody pun semakin tak terpisahkan, dimana ada Jody disitu juga lah Ben berada. Tapi sedekat apapun mereka, tetap tidak bisa menyembunyikan perbedaan karakter diantara keduanya. Jody yang jenius dan begitu fokus dengan nilai akademiknya, sedangkan Ben yang cuek tapi punya minat besar terhadap kopi. Ben ingat betul waktu mereka masih di bangku SMA. Orang-orang di sekitarnya aneh melihat Ben dan Jody bisa bersahabat akrab padahal mereka punya karakter dan minat yang berbeda jauh. Mungkin karena perbedaan itulah yang membuat mereka bersahabat, seperti 2 sisi magnet yang saling tarik menarik.

Tapi ada 1 momen yang paling tidak bisa dilupakan Ben dan Jody, yaitu kisah cinta mereka di SMA. Mereka mungkin memang punya karakter yang berbeda, tapi sayangnya kisah cinta mereka bernasib sama, kandas sebelum berkembang. Jody yang kaku dan terkesan nerd di sekolahnya, berkali-kali gagal menyatakan cinta pada gadis yang ditaksirnya. Sekali pun berhasil malah berbuah penolakan yang sering ditertawakan Ben. Sedangkan Ben, dengan sifatnya yang cuek dan kurang peka / sensitif, tidak jarang mendapatkan tamparan dari gadis-gadis yang menganggapnya tukang playboy.

Namun dynimate duo ini terpaksa terpisah sementara ketika masuk bangku kuliah. Ayah Jody memang sudah lama menyiapkan Jody menjadi penggantinya, menjadi penerus usaha keluarganya. Oleh karena itu Jody sengaja disekolahkan di kampus terbaik di Aussie jurusan bisnis, berharap kelak bisa melanjutkan dan melebarkan sayap usaha keluarganya. Sedangkan Ben setelah memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah, mulai bekerja membantu usaha keluarga Jody sambil tetap mencari jati dirinya pada kopi.

FILOSOFI KOPI : BEN & JODY MY VERSION







Hellow, i'm back. Kali ini tulisan saya lagi-lagi tentang SEKUEL FILM. Yup, Filosofi Kopi : Ben & Jody. Mungkin sudah pada tahu kalau film ini memang mau dibuat sekuelnya. Dan Mereka kembali menggaet penontonnya untuk ikut memberikan ide di film berikutnya. So.. i'm try. Tapi sayang kayanya keberuntungan belum memihak pada saya kali ini. But it's ok, untung ada blog. Dari pada cerita saya ini teronggok nganggur begitu saja, lebih baik dishare toh. Mungkin saya emang penulis amatir spesialis sekuel film kali ya. Ya sudah lah. Silahkan dibaca, dicoment, dishare juga boleh. Enjoy peeps!!

  Please click here!!