Minggu, 13 Desember 2015

RUNAWAY 2 : RUN AGAIN IN EUROPE (part terakhir)

 

MUSA VIEWPOINT


Pagi itu aku kaget ketika membuka pintu dan mendapati Bara dan Carol sudah ada di depan flatku. Apalagi penampilan mereka begitu berantakan. Bara memohon bantuan padaku. Dia dan Carol mau meminjam bajuku. Aku bingung ada apa sebenarnya. Bara hanya memberikan penjelasan singkat padaku. Dia mengatakan bahwa ada orang - orang jahat yang sedang mengejar mereka saat ini dan itu ada hubungannya dengan ayah Carol. Pagi ini juga mereka harus ke Paris menggunakan kereta. Mereka perlu baju baru supaya orang- orang itu tidak bisa mengenali mereka. Bara bilang hanya aku satu - satunya orang yang bisa dia percaya saat ini. Aneh rasanya mendengar hal itu, dia begitu mempercayaiku sedangkan selama ini aku tidak jujur tentang siapa aku sebenarnya. Bara juga menitipkan sebuah amplop kepadaku ketika Carol sedang di kamar mandi. Dia memintaku menyimpannya sementara karena itu adalah dokumen penting. Setelah urusannya selesai, mereka langsung pergi ke stasiun. Tapi tak lama kemudian aku melihat Tayo juga pergi menggunakan motor.

Beberapa jam kemudian Tayo menelpon ku. Aku begitu kaget mendengar Tayo bisa berbahasa indonesia. Bagaimana caranya dia bisa berbahasa Indonesia seperti itu. Seingatku aku tidak pernah mengajarkan bahasa Indonesia padanya. Lalu dia menjelaskan semuanya padaku secara singkat. Dia juga tahu identitasku yang sebenarnya. Intinya dia membutuhkan pertolonganku saat ini. Tayo meminta ku terbang ke Paris saat ini juga dan membawa serta  dokumen yang diberikan Bara pada ku. Dia akan menjelaskan rencananya nanti lewat sms. Dengan cepat kilat aku berangkat menuju bandara. Dan disinilah aku sekarang, berada di salah satu stasiun metro di Paris. Itulah isi sms Tayo kepada ku untuk menunggunya disini. Kemudian dari kejauhan aku melihat Bara dan Carol sedang menaiki salah satu metro. Sesuai dengan sms Tayo selanjutnya, aku juga langsung naik ke metro tersebut. Aku langsung menelpon Bara untuk mengabarkan kalau aku sudah ada di metro yang sama.

Kami bertemu di peron tengah. Bara dan Carol kaget melihat ku ada disana. Aku bertanya dimana Tayo berada. Dengan raut muka sedih mereka mengatakan bahwa Tayo mencoba menahan orang - orang jahat itu di stasiun, tapi sayangnya dia tidak sempat menaiki metro ini. Kemudian aku menceritakan semua yang Tayo ceritakan padaku. Tidak sampai 1 jam kami sudah sampai di stasiun tujuan. Stasiun ini begitu sepi ketika kami turun. Tempat yang lumayan jauh dari pusat kota Paris. Jarak antara stasiun dengan tempat yang kami tuju hanya beberapa km. Karena itu kami memutuskan untuk menumpang truk yang akan melewati tempat tujuan kami. Namun ditengah perjalanan, tiba - tiba truk tersebut berhenti. Orang - orang jahat itu sudah mengepung kami sebelum sempat kami melarikan diri. Mereka menodongkan pistol kearah kami. Kami tidak punya pilihan selain mengikuti perintah mereka.

Mereka memaksa kami masuk ke mobil Van mereka. Baru 15 menit mobil itu berjalan, aku melihat ke kaca spion ada mobil yang mengikuti kami dari belakang. Dan aku kenal itu siapa. Itu Tayo. Kemudian aku memberikan isyarat pada Bara. Bara langsung mengerti maksudku. Aku langsung memukul supir mobil itu dari belakang, begitupun Bara yang memukul orang di sebelahnya sehingga menimbulkan kegaduhan di dalam mobil. Mobil tersebut langsung oleng dan menabrak pohon. Mobil mulai mengeluarkan asap. Pada kesempatan itulah kami langsung keluar dari mobil. Bara menyuruh Carol naik ke mobil Tayo yang sudah menunggunya dari tadi. Sementara aku dan Bara masih harus berkelahi melawan orang - orang itu. Tiba - tiba terdengar suara tembakan. Seseorang menembak ke arah Bara. Aku melihat kaki Bara tertembak. Langsung kulumpuhkan segera orang yang menembak Bara. Lalu dengan susah payah aku menyeret Bara berlari menuju mobil Tayo. Tayo langsung melajukan mobilnya secepat mungkin. Tempat aman itu tinggal beberapa blok lagi. Dari belakang aku lihat mereka mencoba mengejar kami lagi. Tapi sayang mereka terlambat. Dalam hitungan menit kami sudah sampai di tempat tujuan.

Di sana sudah ada segerombol polisi yang siap menyelamatkan kami. Disana juga ada ayah Carol yang sudah lama menunggu putri tercintanya. Carol langsung berlari dan segera memeluk ayahnya. Polisi juga langsung meringkus orang - orang jahat itu. Dan terbongkarlah cerita yang sebenarnya dari mulut ayah Carol. Orang - orang jahat itu adalah suruhan seorang mafia narkoba yang selama ini bekerjasama dengan ayah Carol. Tapi kemudian ayahnya menyadari kesalahannya dan memutuskan untuk tidak melanjutkan kerjasama itu lagi. Tapi bos mafia itu tidak terima dengan keputusannya. Bos mafia itu mencoba menculik Carol untuk mengancam ayahnya. Dan selama ini yang membuat Bara dikeluarkan dari kampus bukanlah ayah Carol, tapi orang - orang suruhan bos mafia itu. Mereka takut Bara akan mengancam bisnis mereka ketika tahu dia menemukan dokumen transaksi itu. Tapi ayah Carol tahu tentang Bara yang dikeluarkan dari kampus. Ayahnya mencari tahu semua hal tentang Bara. Ayahnya yakin Bara bisa membantunya menyelesaikan masalah dengan mafia itu. Oleh karena itu selama ini ayah Carol menyewa Tayo untuk memantaunya.

Aku tidak menyangka akan mengalami hal yang sama seperti waktu di Hongkong. Paling tidak kali ini hanya luka - luka lebam yang aku alami. Tidak ada yang namanya dirawat dirumah sakit apalagi sampai harus koma. Tapi sayangnya tidak begitu dengan Bara. Dia harus dirawat di rumah sakit karena luka tembak di kakinya. Tapi aku tidak perlu mencemasinya. Selama di rumah sakit Carol selalu menemani dan menjaganya. Setelah sembuh Bara akan kembali ke kampus dan melanjutkan studinya. Aku akhirnya mengungkapkan identitasku sebenarnya kepada mereka. Paling tidak itu meringankan bebanku selama ini. Sedangkan Tayo, akhirnya aku tahu siapa dia. Dia memang punya darah indonesia, ayahnya memang berasal dari Jepang, tapi ibunya adalah orang Indonesia. Dia pernah beberapa tahun tinggal di Indonesia, karena itu dia fasih berbahasa Indonesia. Terakhir kudengar dia pindah ke Paris sekarang. Dia mendapat pekerjaan baru dan bagus disana. Dan aku, kejadian ini telah membuat ku sadar. Aku tidak mau menunggu apapun untuk bisa bersama orang yang aku sayangi. Aku tidak akan pernah bisa melupakan Tala. Aku memutuskan untuk kembali ke Indonesia, berada disamping orang - orang yang aku sayangi. Ayah dan Tala. Walaupun mungkin butuh waktu yang banyak untuk meyakinkan Tala bahwa aku benar - benar masih hidup dan tidak pernah melupakannya.

Akhirnya...selesai juga!! Terima kasih buat semuanya ya yang sudah mau meluangkan waktu untuk membaca blog saya. Mohon saran dan kritiknya yang membangun buat penulis amatir seperti saya. Tunggu tulisan2 saya berikutnya ya!! See u soon.....

RUNAWAY 2 : RUN AGAIN IN EUROPE (part 3)

 

CAROL VIEWPOINT


Hari itu aku kesal sekali dengan ayah. Untuk kesekian kalinya ayah mencampuri urusan pribadiku. Orang yang akan mengajak ku kencan malam ini ternyata mengenal ayahku dengan baik. Orang itu bahkan berhubungan terlebih dahulu dengan ayahku sebelum mendekati ku. Aku muak selalu diatur ayahku dalam hal apapun. Aku merasa ini sudah melewati batas. Dan karena itulah hari itu aku memutuskan untuk tidak datang ke kampus walaupun aku tahu ayah sedang ada disana. Aku memutuskan untuk berkeliling kota Brusel hari itu. Kota kecil yang membuat ku langsung jatuh cinta ketika pertama kali datang kesini. Kota yang hanya perlu seharian untuk menjelajahi setiap sudutnya. Kota ini begitu sederhana dan nyaman untuk ditinggali. Dan aku mengakhiri perjalanan singkat ini di Gereja Kathedral kebanggaan kota Brussel. Duduk melamun berjam jam di depan gereja lalu kembali pulang ke apartment.

Beberapa hari kemudian aku mendengar kabar bahwa Bara dikeluarkan dari kampus. Aku kaget mendengar kabar tersebut. Aku memang tidak menyukainya, menurut ku dia orang yang menyebalkan. Tapi bukan berarti aku senang mendengar kabar tersebut. Walaupun menyebalkan, Bara sebenarnya mahasiswa yang rajin dan pintar. Nyatanya dia bersekolah disini karena beasiswa. Itu membuat ku kagum padanya. Dia juga selalu baik padaku walaupun aku selalu bersikap sinis padanya. Dia juga selalu membantu teman - temannya bila sedang kesulitan. Siang itu aku melihatnya sedang berjalan lemas menuju pintu kampus. Aku memanggilnya tanpa pikir panjang. Kulihat wajahnya yang begitu kusut dan tanpa harapan. Tidak tega rasanya melihat kondisinya seperti itu. Aku meminta maaf atas sikapku selama ini. Aku bahkan menawarkan pertolongan padanya. Tapi Bara menolaknya. Dia memilih untuk pulang segera ke Indonesia. Dan sejak itu aku tak pernah melihatnya lagi, tidak sampai dengan saat ini ketika aku diculik.

Siang ini setelah urusanku selesai di Grand Place, aku berencana untuk mampir sebentar ke toko langgananku di daerah komunitas muslim. Malam ini aku berencana makan malam bersama ayahku di apartment. Aku ingin memasak makanan spesial buat ayah malam ini. Tapi dalam perjalanan tiba - tiba mobilku disalip oleh mobil Van. Mobil Van itu lalu sengaja berhenti tepat di depan mobilku. Aku sangat kaget waktu itu. Tapi belum selesai aku dikagetkan oleh kejadian tersebut, lalu beberapa orang bertubuh besar menggedor - gedor mobilku dan langsung memecahkan kaca mobilku. Mereka memaksaku keluar dari mobil dan membiusku. Paling tidak itulah yang terakhir aku ingat, karena selanjutnya tahu - tahu aku sudah berada di sebuah ruangan tertutup yang lembab dan gelap. Aku tidak tahu dimana aku sekarang, aku benar- benar ketakutan.

Lalu tiba- tiba aku liat pintu ruangan terbuka. Ada dua orang datang dengan membawa makanan dan minuman untukku. Mereka menyuruhku makan makanan tersebut. Tapi aku menolaknya dengan kasar. Aku langsung bertanya siapa mereka. Tapi mereka malah tertawa, mereka bilang ini semua karena ayahku. Seharusnya ayahku tidak melakukan hal bodoh itu. Ini ganjaran yang pantas dia terima, agar lain kali berpikir dulu sebelum bertindak. Lalu tanpa berpikir panjang aku berlari melewati mereka dan mencoba kabur dari tempat itu. Tapi sayangnya rencanaku gagal karena ternyata sudah ada orang - orang yang berjaga di depan pintu ruangan. Mereka memaksaku kembali ke dalam ruangan dan mengikat kaki, tangan, dan mulutku, takut kalau aku akan kabur lagi. Selanjutnya aku mulai mengerti apa yang terjadi. Ayah pernah bercerita tentang ini. Mereka pasti suruhan pesaing ayahku. Pesaing itu tidak suka dengan kesuksesan ayahku lalu kemudian membalas dendam dengan cara menculikku. Namun ternyata ada kejutan lain hari ini.

Saat tengah malam tiba - tiba ada orang yang membangunkan ku. Ketika membuka mata aku kaget dengan apa yang kulihat. Rasanya tak percaya kalau Bara ada disini. Kukira aku tidak akan pernah melihatnya lagi sejak terakhir kami bertemu di kampus beberapa bulan lalu. Aku langsung memintanya untuk membukakan ikatanku. Aku sangat senang sekarang karena paling tidak aku tidak sendiri lagi. Selanjutnya aku memintanya menceritakan dari mana dia tahu aku sedang diculik. Bara mulai bercerita tentang semuanya. Aku tidak percaya ketika Bara bilang ayahku lah yang membuatnya dikeluarkan dari kampus. Ayah tidak mungkin melakukan hal sehina itu. Aku langsung meminta ponsel Bara untuk menelpon ayah. Ketika ayah mengangkat teleponku, dia malah memanggil nama Bara. Dia tahu kalau ini nomer Bara dan sepertinya tahu kalau Bara akan menelponnya. Dari mana ayah bisa tahu mengenai Bara. Apa yang diceritakan Bara tentang ayahnya adalah benar. Terlalu banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam kepalaku saat ini.

Lalu kudengar ayahku kaget ketika mendengar suaraku. Dia langsung meminta maaf kepadaku. Dia berjanji akan menceritakan semuanya bila kami sudah bertemu. Dia memintaku untuk terus bersama Bara dan menuruti semua perintahnya. Lalu dia memintaku menyerahkan ponsel itu kepada Bara. Kulihat Bara beradu argumen dengan ayah ditelepon. Tak lama kemudian teleponnya ditutup. Kemudian Bara menceritakan rencana ayahku dan kami setuju untuk menjalankan rencana itu. Kami menunggu hingga subuh untuk kabur. Dan disinilah kami sekarang, di kereta yang akan membawa kami ke Paris, setelah sebelumnya kami berhasil lepas dari kejaran orang - orang jahat itu. Tapi nyatanya itu tidak berlangsung lama, ternyata mereka masih mengejar kami sampai kereta. Usaha kami mendatangi Luka untuk meminjam bajunya ternyata sia - sia. Mereka tetap bisa melacak dan mengenali kami. Kami mencoba bersembunyi di toilet. Setelah merasa cukup aman, kami mencoba keluar dari toilet. Tapi belum sempat kami melakukan itu, tiba - tiba pintu dibuka oleh seseorang dari luar. Kami sangat kaget ketika tahu siapa orang yang ada dihadapan kami.

Tayo menyapa kami dengan santai. Dia bahkan bisa berbahasa indonesia. Kami bingung dengan kemunculan Tayo saat itu. Apa hubungan Tayo dengan semua situasi yang terjadi sekarang. Yang aku tahu Tayo adalah roomate Luka yang berasal dari Jepang dan kami sempat bertemu dengannya di rumah Luka. Hanya itu. Lalu dia membawa kami ke tempat yang lebih aman untuk menceritakan semuanya. Ternyata Tayo adalah kaki tangan ayahku. Dia memang sudah mengikuti kami sejak dari rumah Luka. Tugasnya memang untuk menjamin kami agar selamat sampai tujuan. Kemudian Tayo mengajak kami turun di stasiun berikutnya, karena merasa transportasi ini sudah tidak aman lagi. Kami melanjutkan perjalanan ke Paris dengan mengendarai mobil. Mobil yang entah dari mana Tayo dapatkan sekarang sudah melaju kencang dikemudikan olehnya. Setelah hampir 2 jam akhirnya kami sampai di Paris. Setelah sebelumnya mobil kami diikuti lagi dan sempat terjadi kejar -  kejaran yang cukup mendebarkan.

Sesampainya di Paris kami langsung menuju stasiun metro. Tapi disana ternyata sudah ada orang - orang yang menunggu untuk menangkap kami. Kami kembali berlari untuk menghindari mereka. Tayo menyuruh kami untuk langsung mencari metro yang akan membawa kami ke tujuan. Tayo mencoba sebisa mungkin menahan orang - orang jahat itu. Dari kejauhan kami melihat Tayo sedang berkelahi melawan orang - orang itu. Ketika metro kami mulai berangkat kami melihat Tayo sudah kewalahan menghadapi mereka dan akhirnya ambruk. Tapi kami tidak bisa berbuat apa - apa karena metro kami sudah mulai berjalan jauh. Dan tiba - tiba ponsel Bara berdering dan tertera nama Luka di layar ponselnya. Ketika diangkat Luka langsung menanyakan keberadaan kami, karena sekarang dia sudah ada di metro yang sama yang kami naiki.


Kok bisa ya Luka AKA Musa tiba2 ada di Paris juga? mau tahu jawabannya, silahkan baca part terakhir ya!!!

RUNAWAY 2 : RUN AGAIN IN EUROPE (part 2)



BARA VIEWPOINT


Carol memang gadis yang cantik. Dia memang berbeda dari gadis - gadis yang pernah aku temui. Dia gadis yang sederhana untuk ukuran putri seorang pengusaha sukses. Dia begitu menonjol karena kesederhanaannya. Dengan make up yang sempurna, dia kadang suka merubah penampilan sesuka hatinya. Pertemuan pertamaku dengannya sebenarnya tidaklah begitu baik, ada sedikit adu argumen dan kesalahpahaman waktu itu. Saat itu kami sedang berdiskusi dengan sekelompok teman di kelas, diskusi tentang tugas yang diberikan oleh salah satu dosen kami. Waktu itu diskusi berlangsung cukup panas, karena tidak ada yang mau mengalah satu sama lain, termasuk aku dan Carol. Tapi itu toh biasa,kami sering melakukannya, berdiskusi sambil beradu argumen sampai tidak ada habisnya. Tapi sayangnya hari itu aku sedang sial. Tidak sengaja aku menyinggung Carol tentang asal usul keturunannya yang campuran. Dia begitu tersinggung dengan perkataanku, apalagi perkataan itu keluar dari mulutku yang benar - benar baru mengenalnya hari itu. Maka sejak itulah dia mulai bersikap sinis kepadaku. Setiap ada kesempatan berjumpa, entah di dalam atau diluar kelas, dia selalu menyindirku dalam hal apapun. Aku sudah pernah mencoba minta maaf padanya, dan dia bilang sudah memaafkanku. Kupikir masalah kami sudah selesai waktu itu, tapi ternyata tidak. Dia masih suka sinis dan menyindir pedas kepadaku di setiap kesempatan, tapi selalu berakhir dengan perkataan "hanya becanda" sebagai pembelaannya.

Dan paling tidak itulah yang harus aku hadapi selama 6 bulan belajar disana. Hingga akhirnya aku mulai terbiasa dengan situasi itu. Situasi yang anehnya kadang aku rindukan ketika Carol tidak ada.

Pada suatu siang, seperti pada hari - hari biasanya, aku berangkat ke kampus. Kebetulan hari itu jadwal kelasku dimulai pada siang hari. Jadilah aku sampai ke kampus pada siang hari. Sesampainya disana aku melihat sekeliling kampus begitu ramai. Tidak biasanya kampus seramai ini, kecuali bila sedang ada acara kampus. Tapi setahuku tidak ada acara apa- apa hari itu. Maka aku mulai mencari tahu. Setelah bertanya kesana kemari barulah aku tahu ada apa sebenarnya. Ada kuliah umum dadakan hari itu. Seorang pengusaha sukses Eropa yang menjadi pembicaranya, dan sepertinya aku bisa menebak siapa orangnya. Ya, ayah Carol. Semua mahasiswa begitu excited dengan kedatangan orang tersebut. Begitupun aku yang juga penasaran seperti apa ayah Carol. Penasaran dari mana Carol bisa punya sifat keras kepala seperti itu. Dan sinilah aku siang itu, mengikuti kuliah umum bersama teman – temanku yang lain.

Kuliah umum tersebut berlangsung selama 2 jam. Cukup menarik materi kuliah yang disampaikan. Tapi ada yang aneh hari itu. Aku tidak melihat Carol sama sekali di kampus. Aku bertanya kepada teman- temannya soal keberadaan dia. Tapi sayangnya tidak ada yang tahu kemana dia hari itu. Menurutku aneh, ayahnya sendiri datang ke kampusnya untuk jadi pembicara kuliah umum, tapi Carol malah tidak muncul batang hidungnya sama sekali. Paling tidak untuk memberi support pada ayahnya. Lalu ketika aku mau keluar dari kelas kuliah umum yang sudah mulai sepi waktu itu, aku melihat sebuah amplop coklat tebal di lantai. Tapi setelah bertanya kepada beberapa orang yang masih ada di kelas, tidak ada yang mengakui pemilik amplop tersebut. Seorang teman menyarankan padaku untuk lebih baik menyimpan dulu sementara amplop tersebut, baru besok aku kembalikan ke bagian administrasi biar mereka yang mengurus.

Malamnya aku iseng mengeluarkan amplop tersebut dari dalam tasku. Aku mencoba melihat- lihat isi dari amplop tersebut kali saja bisa menemukan petunjuk siapa pemilik amplop tersebut. Sampai akhirnya aku melihat pada lembaran terakhir. Di bagian bawah ada sebuah tandatangan dan nama orang yang menandatanganinya. Disitu tertera dengan jelas nama ayah Carol. Barulah aku tahu siapa pemilik amplop tersebut. Tapi ada yang aneh tentang isi dari dokumen tersebut. Karena penasaran, semalam suntuk aku membaca dan mempelajari dokumen tersebut. Paginya aku mulai mengerti, itu adalah dokumen penting perusahaan. Tapi masih ada yang mengganjal dalam hatiku mengenai dokumen tersebut. Isi dokumen tersebut bukan isi dokumen biasa pada umumnya. Aku curiga dokumen itu berisi hal- hal ilegal. Walaupun aku masih belum yakin mengenai hal itu. Akhirnya pagi itu aku putuskan untuk menyalin dokumen tersebut dan aslinya aku berikan ke bagian administrasi kampus. Aku mengaku menemukan amplop tersebut di kelas kemarin dan tidak tahu siapa pemiliknya.

Lalu 3 hari kemudian aku dikejutkan oleh telepon dari pihak kampus. Pihak kampus memintaku untuk datang pagi ini. Aku bingung karena harusnya hari ini aku tidak ada kelas. Tapi akhirnya aku langsung bergegas menuju kampus. Rasanya tidak percaya apa yang selanjutnya terjadi disana. Tiba- tiba saja pihak kampus mencabut beasiswaku secara sepihak dan mengeluarkanku dari kampus hari itu juga. Aku sangat shock waktu itu, sama sekali tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Apalagi setelah aku tahu alasan mereka mengeluarkanku. Alasan yang tidak masuk akal. Seperti ada orang yang sengaja memfitnahku agar aku dikeluarkan dari kampus. Kemudian aku langsung menyadari kalau aku memang pasti sedang disabotase oleh seseorang. Dan ini ada hubungannya dengan penemuan dokumen 4 hari lalu. Sepertinya mereka takut aku membaca dan mengerti isi dokumen tersebut. Jadi benarlah selama ini kecurigaanku.

Hari ini sangat buruk bagiku. Siapa yang menyangka kalau kemarin aku masih kuliah seperti biasa tapi hari ini tiba- tiba aku dikeluarkan dari kampus. Ketika aku sedang berjalan keluar menuju pintu kampus, ada seseorang memanggilku dari belakang. Ketika menoleh ternyata Carol yang memanggilku. Rasanya seperti jatuh tertimpa tangga pula. Aku tidak punya waktu untuk meladeni Carol saat ini. Aku tidak mau hariku yang sangat buruk ini ditambah dengan kehadiran Carol yang menyebalkan. Tapi ternyata aku salah kali ini. Carol mendatangiku dengan wajah yang tidak kusangka sama sekali. Dia menunjukan ekspresi sedih dan menyesal. Dia kaget ketika mendengar kabar aku dikeluarkan dari kampus. Dia menyesal dengan sikapnya sendiri padaku selama ini. Bingung rasanya saat itu, antara senang dan sedih. Senang rasanya karena akhirnya dia mau berdamai denganku. Tapi sedih rasanya kalau saja dia tahu siapa orang di balik semua ini yang telah membuat aku dikeluarkan dari kampus.

Lalu kemudian aku mulai berpikir untuk membuat suatu rencana. Aku memutuskan untuk membatalkan kepulanganku ke Indonesia. Aku tidak akan berdiam diri meratapi nasibku yang buruk ini. Aku harus bisa memperbaikinya. Aku harus mencari tahu dan menyelidiki semua hal ini. Aku harus membersihkan nama baikku sendiri. Dan itu dimulai dari Carol.

Dan disinilah aku siang ini. Di cafe biasa tempat aku memantau Carol. Sudah berbulan- bulan aku memantaunya, menyelidikinya dari jauh. Dan aku putuskan siang ini untuk mengikutinya kemana saja setelah dari Grand Place. Setelah sekitar 15 menit aku mengikutinya menggunakan motor, aku dikagetkan oleh sebuah mobil Van yang memberhentikan jalannya mobil Carol secara tiba - tiba. Beberapa orang keluar dari mobil Van tersebut lalu memaksa Carol keluar dari mobilnya. Mereka mencoba menculiknya. Waktu itu aku ingin sekali langsung keluar dari persembunyianku dan menyelamatkannya. Tapi aku urungkan niatku setelah menyadari kalau tempat tersebut sangat sepi sedangkan mereka berjumlah cukup banyak untuk ku lawan sendiri. Akhirnya aku memutuskan untuk membiarkan kejadian itu terjadi di depan mataku dengan berat hati. Lalu kemudian diam- diam aku mengikuti mobil Van tersebut dari belakang.

Dengan hati - hati aku terus membuntuti mobil tersebut. Dan sampailah mobil tersebut masuk ke sebuah pabrik tua yang berada di kolong rel kereta. Tempat yang cukup terpencil untuk menyembunyikan seseorang. Mereka cukup pintar untuk memilih tempat seperti ini. Ternyata tempat tersebut dijaga sangat ketat oleh orang - orang bertubuh kekar dan berotot. Aku masih tidak mengerti siapa orang - orang ini. Mengapa mereka menculik Carol. Butuh waktu hampir seharian untuk aku mempelajari tempat ini dan berencana mengeluarkan Carol dari tempat tersebut. Setelah mengamati gerak - gerik mereka seharian aku putuskan untuk menjalankan rencanaku pada tengah malam.

Aku berhasil mengecoh para penjaga itu dengan mudah dan masuk ke tempat Carol disekap. Ketika aku masuk, aku mendapati Carol disudut ruangan dengan kaki dan tangan terikat, dan mulutnya juga dibekap. Dengan hati - hati aku membangunkannya dari tidur. Dia langsung kaget dan panik ketika melihat ku. Lalu aku mencoba menenangkannya dengan penjelasan seadanya dan memintanya untuk tidak berisik agar para penjaga di luar tidak curiga pada kami. Kemudian Carol memberi isyarat untuk dibukakan ikatannya. Pelan- pelan aku buka semua ikatannya. Carol langsung memelukku erat ketika ikatannya lepas. Dia keliatan senang sekali dan langsung meminta ku untuk membawanya pergi dari sini secepatnya. Tapi itu tidak bisa kulakukan. Dari pengamatanku seharian ini, waktu subuh adalah waktu yang tepat untuk kabur dari tempat ini. Pada waktu itulah para penjaga tersebut akan melonggarkan penjagaannya.

Selama menunggu tersebut, aku mulai menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata Carol mengetahui siapa mereka. Mereka adalah orang suruhan dari pesaing ayahnya. Pesaing itu tidak suka dengan kesuksesan ayahnya. Sayangnya Carol tidak tahu nama orang itu. Tapi aku merasa ada yang kurang dari semua cerita itu. Ada alasan lain mengapa orang itu menculik Carol. Alasan yang bukan hanya karena iri dengan kesuksesan ayahnya. Carol juga menanyakan padaku bagaimana aku bisa tahu tentang penculikannya. Mulailah aku menceritakan pada Carol semuanya. Mulai dari penemuan dokumen milik ayahnya, lalu ketika aku dikeluarkan dari kampus, sampai akhirnya aku bisa berada disini. Carol tidak percaya ceritaku. Dia tidak percaya kalau ayahnya lah penyebab aku dikeluarkan dari kampus.

Lalu Carol menanyakan apakah aku membawa ponsel atau tidak. Dan barulah aku ingat kalau selama ini aku membawa ponsel. Betapa bodohnya aku saat itu. Malu rasanya memperlihatkan kebodohanku di depan Carol. Langsung aku ambil ponsel dari dalam tas dan segera menelpon polisi. Tapi tiba - tiba Carol langsung mengambilnya dari tanganku dengan cepat. Dia mengatakan dia perlu menelpon ayahnya dulu untuk menanyakan kebenaran ceritaku. Aku jelas menolaknya karena menurutku polisi lebih membantu. Tapi dia tidak memperdulikan protesku dan tetap bersihkukuh menelpon ayahnya. Namun baru beberapa detik setelah dia mengatakan 'halo' ke ayahnya, Carol terdiam seperti patung. Ekspresinya begitu kaget dan bingung. Kemudian dia hanya mengatakan 'ok' dan langsung memberikan ponsel itu kembali padaku. Awalnya aku bingung tapi akhirnya aku menerima ponsel itu dari tangannya dan menaruhnya di telingaku.

Ayahnya menyebut namaku dengan sangat jelas. Dia bicara tanpa basa basi, mengatakan padaku kalau aku harus menjaga keselamatan putrinya. Rasanya tidak percaya dia mengatakan hal itu. Setelah dia mengeluarkan aku dari kampus, sekarang dia malah meminta ku untuk menolong putrinya. Tapi kemudian dia berjanji kepada ku akan membersihkan nama baikku bila aku menuruti perintahnya. Dia menyuruhku untuk membawa putrinya ke Paris besok pagi bagaimana pun caranya. Ada satu tempat aman buat putrinya yang berada di pinggiran Paris. Dia akan mengirimkan alamatnya lewat sms dan dia juga meminta ku untuk tidak menelpon polisi. Ayahnya curiga polisi disana sudah bekerjasama dengan pesaingnya. Lalu telpon langsung ditutup. Aku dan Carol hanya terdiam setelah kejadian tersebut. Kami sama - sama bingung dengan apa yang terjadi. Niatku selama ini adalah berusaha segala cara untuk membersihkan nama baikku. Tapi ini diluar dari semua rencanaku. Tapi akhirnya aku setuju menuruti rencana itu dan menunggu hingga subuh untuk kabur dari tempat ini.

Ketika subuh tiba aku mencoba mengintip ke tempat para penjaga. Sebagian dari mereka sedang sibuk dan serius menonton tv, sebagian lagi sedang asyik tertidur. Saat itu juga kami langsung kabur dari tempat itu. Kami berhasil melewati para penjaga itu. Tapi baru beberapa meter kami berlari dari pabrik tua itu, Carol tidak sengaja menyenggol sebuah kaleng dan menimbulkan kegaduhan di luar sehingga membuat para penjaga itu sadar apa yang terjadi. Mereka langsung mengejar kami. Kami berlari sekuat mungkin menghindari mereka. Kejar - kejaran ini berlangsung sangat sengit dan melelahkan. Bahkan kami sempat harus bersembunyi di rumah warga. Untungnya setelah cukup lama akhirnya kami berhasil lepas dari kejaran mereka. Aku memutuskan untuk menemui Luka terlebih dahulu di flatnya sebelum berangkat ke Paris. Aku membutuhkan bantuannya, dia satu- satunya orang yang bisa ku percaya saat ini.

Luka kaget mendapatiku dan Carol ada di depan pintu flatnya. Tapi kemudian dia mempersilahkan kami masuk ke kamarnya. Dia bingung melihat kami begitu lusuh dan berantakan seperti habis dikejar setan. Aku sebenarnya tidak punya waktu untuk menjelaskan semuanya kepada Luka karena kami harus mengejar kereta pagi ini menuju Paris. Aku hanya menjelaskan secara singkat tentang situasi kami. Kami kesini untuk meminjam pakaian bersih pada Luka. Kami takut dalam perjalanan nanti kami masih diikuti orang - orang jahat itu. Kami perlu pakaian baru supaya mereka tidak bisa mengenali kami. Namun secara tiba - tiba pintu kamar terbuka dari luar. Dan muncul lah Tayo, roomate Luka yang berasal dari Jepang ada di depan pintu kamar. Kami semua kaget karena mengira orang - orang jahat itu yang datang. Tayo langsung meminta maaf karena mengira hanya ada Luka di dalam. Lalu kemudian langsung menutup pintu kembali karena tidak mau mengganggu. Setelah urusan selesai di tempat Luka, kami langsung menuju stasiun kereta.

Saat ini kami sudah berada di dalam kereta. Kereta yang akan membawa kami menuju Paris. Tapi belum ada 2 jam perjalanan ini, aku mulai merasakan ada gerak - gerik yang aneh di sekitar kami, dan Carol pun merasakan hal yang sama. Dan ternyata benar, orang - orang jahat itu masih mengejar kami sampai sini. Kami kembali kejar - kejaran di dalam kereta. Lalu kemudian kami memutuskan bersembunyi di dalam toilet. Ketika kami bersembunyi disana, kami mendengar ada banyak suara langkah kaki menuju toilet. Waktu itu kami sudah pasrah mereka akan menemukan kami. Tapi untungnya kami mendengar suara langkah kaki itu mulai menjauh dari toilet. Namun ketika kami akan keluar dari toilet, tiba - tiba pintu toilet dibuka oleh seseorang dengan cepat. Kami sangat kaget ketika tahu siapa orang yang berdiri di depan pintu toilet.


Ayoo... siapa ya kira2 yang buka pintu toilet? Bara dan Carol sampai segitu kagetnya loh... Ada yang bisa nebak? Siapa? Luka AKA Musa? Yakin? Yang penasaran mendingan langsung baca saja ya di Part 3. Selamat membaca.......

RUNAWAY 2 : RUN AGAIN IN EUROPE (part 1)



 

LUKA VIEWPOINT


Sudah hampir 2 tahun kejadian itu berlalu, tapi kenangan dan luka itu masih terasa hingga kini. Dan inilah jalan hidupku selama ini. Ketika aku koma selama 6 bulan. Hidup hanya karena mesin-mesin canggih yang menopang tubuhku. Lalu ketika ayahku harus melakukan segala cara, berusaha sekeras mungkin untuk menghilangkan jejakku dari kota Jakarta, dari Hongkong, bahkan dari dunia sekalipun. Ayah mendapat informasi bahwa gengster - gengster itu masih mencariku. Dan aku harus rela melepaskan semua hal demi keselamatanku sendiri. Teman,kehidupan normalku, akal sehatku, dan yang pasti kisahku sendiri. Menjalani semua kepalsuan hidup hanya supaya bisa benar- benar hidup di dunia. Ironi memang, mati- matian berusaha hidup demi semua hal, tapi akhirnya harus mati demi hidup.

Dan disinilah aku sekarang. Berada di seberang benua Asia. Benua yang terasa jauh bagiku. Benua Eropa. Aku memilih menetap di kota Brussel. Sebuah kota kecil, kota yang tidak ada apa- apanya dibanding luasnya kota - kota di Indonesia. Di kota inilah aku mengasingkan diri. Memiliki identitas baru, seperti terlahir kembali ke dunia. Namun rasanya aneh, terasa hampa, seperti lahir cacat, lahir dengan hati yang kosong. Tapi inilah takdir yang harus kujalani. Hidup menjadi orang asing di negara yang asing pula. Aku tinggal di sebuah flat sederhana. Sebuah flat tingkat 3 yang cukup ditinggali oleh 3 orang. Aku berbagi kamar dengan 1 orang warga lokal dan 1 mahasiswa Jepang disana. Mereka cukup baik untuk mau berbagi biaya sewa flat denganku. Mereka mengenalku sebagai seorang WNI bernama Luka yang sedang mengambil Summer School di Brussel sambil kerja part time di sebuah yayasan anak - anak berkebutuhan khusus. Cukup senang rasanya mempunyai teman-teman normal, ya paling tidak identitasku ini terlihat cukup normal.

Hari - hari aku jalani dengan kenangan dan luka di belakang, yang tanpa kusadari akhirnya dapat aku jalani dengan ringan. Sampai pada suatu pagi, aku mendapati seorang WNI muncul di tempat kerjaku. Senang rasanya melihat seorang pribumi lagi. Namanya Bara. Pria asal Surabaya yang cukup berotot ini mengaku padaku sudah hampir setahun di kota ini. Berawal dari niatnya untuk bersekolah di sini karena beasiswa, sayangnya setelah 6 bulan dia terpaksa keluar dari sekolah dengan alasan rahasia yang tidak mau dia disebutkan padaku. Dia meyakinkanku untuk lebih baik tidak tahu sama sekali tentang alasannya. Kesan yang cukup misterius ketika pertama kali bertemu dengannya. Tapi tidak masalah untukku, toh aku juga datang ke kota ini dengan identitas rahasia.

Setelah drop out dari sekolah tersebut, Bara memutuskan untuk tidak langsung kembali ke Indonesia. Malu rasanya bila harus pulang ke Surabaya dan mengabarkan keluarga kalau dia tidak bersekolah lagi di Eropa. Dia tidak mau pulang dengan tangan hampa. Paling tidak bila nanti dia harus pulang, dia sudah punya cukup pengalaman kerja yang dapat diceritakannya di Indonesia. Bukan cerita pahit tentang drop out yang harus dia alami, cerita yang sudah mengecewakannya. Bara sudah beberapa kali berpindah kerja selama di Brussel, bahkan sempat juga bekerja di kota Antwerp. Ini dikarenakan oleh status visanya yang visa pelajar, visa yang menyulitkannya untuk bisa kerja permanen di satu tempat. Terakhir dia bekerja di sebuah kontraktor. Namun ketika proyek kontraktor tersebut selesai, selesai jugalah dia bekerja disana. Maka kembalilah Bara menganggur.

Dan disinilah dia sekarang, berusaha mencari pekerjaan baru demi kelangsungan hidupnya di tanah Eropa. Kebetulan sekali di yayasanku memang sedang membutuhkan tenaga pengajar dari asia untuk semester ini. Dan untuk tempat tinggal, Bara beruntung bisa menumpang gratis di flat teman sekolahnya untuk saat ini. Paling tidak sampai dia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan gaji yang lebih besar. Dan disinilah kesempatannya, pekerjaan yang lebih memakai otak, bukan otot seperti pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.

Keseharianku mulai berubah sejak Bara datang. Kami mulai hang out bareng bila sedang sama- sama off. Senang rasanya bisa punya teman 1 bahasa untuk saling cerita, paling tidak kami tidak pernah kehabisan bahan. Dan disinilah kami sekarang pada suatu sore, di sebuah kafe di sekitar Grand Place. Kami memang sering kesini bila sedang suntuk. Bara yang merekomendasikan kafe ini, dan memang harus kuakui tempat ini cukup cozy, dengan menu makanan yang enak, dan letaknya yang cukup strategis. Namun ada sesuatu yang aneh menurutku. Setiap kali kami datang kesini kami selalu duduk di tempat yang sama, di posisi yang selalu sama pula. Pernah suatu kali aku memintanya bertukar posisi, tapi dia langsung menolak dengan berbagai alasan. Dan barulah sampai sore ini aku menyadarinya. Dia punya tujuan khusus setiap datang kesini, bahkan ketika dia datang sendiri kesini. Dia selalu datang kesini hanya untuk memperhatikan dan memantau seorang gadis. Seorang gadis manis yang memang rutin datang ke Grand Palace setiap minggunya.

Dengan sedikit usaha, aku akhirnya bisa memaksa Bara untuk menceritakan gadis ini. Namanya Carol. Gadis manis ini blasteran Indo Jerman. Carol berasal dari keluarga yang sangat kaya. Menurut informasi dari Bara, ayahnya seorang pengusaha sukses di tanah Eropa. Carol berada di kota ini untuk belajar, dan di sekolahlah Bara mengenal Carol. Carol yang naif, yang selalu punya macam gaya. Kadang dia suka berpenampilan ghotic, kadang pula berpenampilan seperti model, tapi dia juga bisa berpenampilan sederhana apa adanya, sampai orang tidak akan menyangka kalau dia putri seorang pengusaha sukses. Dan aku heran dengan Bara, bila dia memang naksir Carol, kenapa tidak langsung mendekatinya. Kenapa hanya terus memperhatikannya diam- diam dari kejauhan. Tapi dia malah menyangkalnya. Bara bilang dia tidak punya perasaan apa- apa terhadap Carol. Menurutku aneh. Buat apa selama ini dia memperhatikan Carol kalau memang dia tidak suka padanya. Bara bilang dia punya misi khusus kenapa selama ini dia selalu memantau Carol dari jauh. Dan ini ada hubungannya dengan alasan kenapa dia keluar dari kampus. Tapi Bara tidak mau menceritakannya lagi lebih detail. Dia tetap merahasiakannya dariku. Tapi menurutku dia hanya beralasan saja. Kurasa dia hanya malu untuk  mengakui bahwa dia memang jatuh cinta pada Carol. Maksudku itu semua bisa terlihat dari matanya kalau dia memang menyukai Carol.


Gimana guys...minta coment yang baik2 ya!! Maklum pemula..he he...
Mau lebih kenal karakter Bara & Carol? siapa sih mereka? Apa hubungannya dengan Musa AKA Luka?
Kalau penasaran, monggo dibaca part 2 nya ya!!