CAROL VIEWPOINT
Hari itu aku kesal sekali dengan ayah. Untuk
kesekian kalinya ayah mencampuri urusan pribadiku. Orang yang akan mengajak ku
kencan malam ini ternyata mengenal ayahku dengan baik. Orang itu bahkan
berhubungan terlebih dahulu dengan ayahku sebelum mendekati ku. Aku muak selalu
diatur ayahku dalam hal apapun. Aku merasa ini sudah melewati batas. Dan karena
itulah hari itu aku memutuskan untuk tidak datang ke kampus walaupun aku tahu
ayah sedang ada disana. Aku memutuskan untuk berkeliling kota Brusel hari
itu. Kota kecil yang membuat ku langsung jatuh cinta ketika pertama kali datang
kesini. Kota yang hanya perlu seharian untuk menjelajahi setiap sudutnya. Kota
ini begitu sederhana dan nyaman untuk ditinggali. Dan aku mengakhiri perjalanan
singkat ini di Gereja Kathedral kebanggaan kota Brussel. Duduk melamun berjam – jam di depan gereja lalu
kembali pulang ke apartment.
Beberapa hari kemudian aku mendengar kabar bahwa
Bara dikeluarkan dari kampus.
Aku kaget mendengar kabar tersebut. Aku memang tidak menyukainya, menurut ku
dia orang yang menyebalkan. Tapi bukan berarti aku senang mendengar kabar tersebut.
Walaupun menyebalkan, Bara sebenarnya mahasiswa yang rajin dan pintar. Nyatanya
dia bersekolah disini karena beasiswa. Itu membuat ku kagum padanya. Dia juga
selalu baik padaku walaupun aku selalu bersikap sinis padanya. Dia juga selalu
membantu teman - temannya bila sedang kesulitan. Siang itu aku melihatnya sedang
berjalan lemas menuju pintu kampus. Aku memanggilnya tanpa pikir panjang.
Kulihat wajahnya yang begitu kusut dan tanpa harapan. Tidak tega rasanya melihat
kondisinya seperti itu. Aku meminta maaf atas sikapku selama ini. Aku bahkan
menawarkan pertolongan padanya. Tapi Bara menolaknya. Dia memilih untuk pulang
segera ke Indonesia. Dan sejak itu aku tak pernah melihatnya lagi, tidak sampai
dengan saat ini ketika aku diculik.
Siang ini setelah urusanku selesai di Grand
Place, aku berencana untuk mampir sebentar ke toko langgananku di daerah
komunitas muslim. Malam ini aku berencana makan malam bersama ayahku di
apartment. Aku ingin memasak makanan spesial buat ayah malam ini. Tapi dalam
perjalanan tiba - tiba mobilku disalip oleh mobil Van. Mobil Van itu lalu
sengaja berhenti tepat di depan mobilku. Aku sangat kaget waktu itu. Tapi belum
selesai aku dikagetkan oleh kejadian tersebut, lalu beberapa orang bertubuh besar
menggedor - gedor mobilku dan langsung memecahkan kaca mobilku. Mereka memaksaku
keluar dari mobil dan membiusku. Paling tidak itulah yang terakhir aku ingat, karena
selanjutnya tahu - tahu aku sudah berada di sebuah ruangan tertutup yang lembab dan gelap. Aku tidak
tahu dimana aku sekarang, aku benar- benar ketakutan.
Lalu tiba- tiba aku liat pintu ruangan terbuka.
Ada dua orang datang dengan membawa makanan dan minuman untukku. Mereka
menyuruhku makan makanan tersebut. Tapi aku menolaknya dengan kasar. Aku langsung
bertanya siapa mereka. Tapi mereka malah tertawa, mereka bilang
ini semua karena ayahku. Seharusnya ayahku tidak melakukan hal bodoh itu. Ini
ganjaran yang pantas dia terima, agar lain kali berpikir dulu sebelum bertindak.
Lalu tanpa berpikir panjang aku berlari melewati mereka dan mencoba kabur dari
tempat itu. Tapi sayangnya rencanaku gagal karena ternyata sudah ada orang -
orang yang berjaga di depan pintu ruangan. Mereka memaksaku kembali ke dalam
ruangan dan mengikat kaki, tangan, dan mulutku, takut kalau aku akan kabur lagi.
Selanjutnya aku mulai mengerti apa yang terjadi. Ayah pernah bercerita tentang
ini. Mereka pasti suruhan pesaing ayahku. Pesaing itu tidak suka dengan
kesuksesan ayahku lalu kemudian membalas dendam dengan cara menculikku. Namun
ternyata ada kejutan lain hari ini.
Saat tengah malam tiba - tiba ada orang yang
membangunkan ku. Ketika membuka mata aku kaget dengan apa yang kulihat. Rasanya
tak percaya kalau Bara ada disini. Kukira aku tidak akan pernah melihatnya lagi
sejak terakhir kami bertemu di kampus beberapa bulan lalu. Aku langsung memintanya
untuk membukakan ikatanku. Aku sangat senang sekarang karena paling tidak aku tidak
sendiri lagi. Selanjutnya aku memintanya menceritakan dari mana dia tahu aku
sedang diculik. Bara mulai bercerita tentang semuanya. Aku tidak percaya ketika
Bara bilang ayahku lah yang membuatnya dikeluarkan dari kampus. Ayah tidak
mungkin melakukan hal sehina itu. Aku langsung meminta ponsel
Bara untuk menelpon ayah. Ketika ayah mengangkat teleponku, dia malah memanggil
nama Bara. Dia tahu kalau ini nomer Bara dan sepertinya tahu kalau Bara akan
menelponnya. Dari mana ayah bisa tahu mengenai Bara. Apa yang diceritakan Bara
tentang ayahnya adalah benar. Terlalu banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam
kepalaku saat ini.
Lalu kudengar ayahku kaget ketika mendengar
suaraku. Dia langsung meminta maaf kepadaku. Dia berjanji akan menceritakan
semuanya bila kami sudah bertemu. Dia memintaku untuk terus bersama Bara dan
menuruti semua perintahnya. Lalu dia memintaku menyerahkan ponsel itu kepada Bara. Kulihat Bara
beradu argumen dengan ayah ditelepon. Tak lama kemudian teleponnya ditutup.
Kemudian Bara menceritakan rencana ayahku dan kami setuju untuk menjalankan
rencana itu. Kami menunggu hingga subuh untuk kabur. Dan disinilah kami
sekarang, di kereta yang akan membawa kami ke Paris, setelah sebelumnya kami
berhasil lepas dari kejaran orang - orang jahat itu. Tapi nyatanya itu tidak
berlangsung lama, ternyata mereka masih mengejar kami sampai kereta. Usaha kami
mendatangi Luka untuk meminjam bajunya ternyata sia - sia. Mereka tetap bisa
melacak dan mengenali kami. Kami mencoba bersembunyi di toilet. Setelah merasa
cukup aman, kami mencoba keluar dari toilet. Tapi belum sempat kami melakukan
itu, tiba - tiba pintu dibuka oleh seseorang dari luar. Kami sangat kaget ketika
tahu siapa orang yang ada dihadapan kami.
Tayo menyapa kami dengan santai. Dia bahkan bisa
berbahasa indonesia. Kami bingung dengan kemunculan Tayo saat itu. Apa hubungan
Tayo dengan semua situasi yang terjadi sekarang. Yang aku tahu Tayo adalah
roomate Luka yang berasal dari Jepang dan kami sempat bertemu dengannya di
rumah Luka. Hanya itu. Lalu dia membawa kami ke tempat yang lebih aman untuk
menceritakan semuanya. Ternyata Tayo adalah kaki tangan ayahku. Dia memang sudah
mengikuti kami sejak dari rumah Luka. Tugasnya memang untuk menjamin kami agar
selamat sampai tujuan. Kemudian Tayo mengajak kami turun di stasiun berikutnya,
karena merasa transportasi ini sudah tidak aman lagi. Kami melanjutkan
perjalanan ke Paris dengan mengendarai mobil. Mobil yang entah dari mana Tayo
dapatkan sekarang sudah melaju kencang dikemudikan olehnya. Setelah hampir 2
jam akhirnya kami sampai di Paris. Setelah sebelumnya mobil kami diikuti lagi
dan sempat terjadi kejar - kejaran yang cukup
mendebarkan.
Sesampainya di Paris kami langsung menuju stasiun
metro. Tapi disana ternyata sudah ada orang - orang yang menunggu untuk
menangkap kami. Kami kembali berlari untuk menghindari mereka. Tayo menyuruh
kami untuk langsung mencari metro yang akan membawa kami ke tujuan. Tayo mencoba
sebisa mungkin menahan orang - orang jahat itu. Dari kejauhan kami melihat Tayo
sedang berkelahi melawan orang - orang itu. Ketika metro kami mulai berangkat
kami melihat Tayo sudah kewalahan menghadapi mereka dan akhirnya ambruk. Tapi
kami tidak bisa berbuat apa - apa karena metro kami sudah mulai berjalan jauh.
Dan tiba - tiba ponsel Bara berdering dan tertera nama Luka di layar
ponselnya. Ketika diangkat Luka langsung menanyakan keberadaan kami, karena
sekarang dia sudah ada di metro yang sama yang kami naiki.
Kok bisa ya Luka AKA Musa tiba2 ada di Paris juga? mau tahu jawabannya, silahkan baca part terakhir ya!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar