Assalamaulaikum para pejuang dunia
akhirat, kali ini meta bakal share sesuatu yang agak serius sedikit nih,
tentang permasalahan pendidikan yang dekat sekali hubungannya dengan pekerjaan
saya sebagai guru, permasalahan yang belum pernah saya dengar sebelumnya, yang
cukup menyita perhatian saya selama selama 5 tahun berkerja di dunia pendidikan. Oya
btw ini sebenernya sebenarnya adalah blog aku dan kakakku Maya Suci
Ramadhani.
Kalau kita membahas tentang pahlawan
alias hero zaman now, guru bukan hanya hero zaman
now, tapi juga hero zaman old. Perbedaannya hanya di zamannya,
permasalahannya masih ada yang sama, tapi ada juga permasalahan yang baru di
zaman modern ini. Ini adalah opiniku tentang permasalahan pendidikan yang aku
temui dan solusi yang memang masih belum bisa aku terapkan, karena
keterbasanku. Harapanku suatu hari nanti solusi ini akan mendapatkan tempat
yang selayaknya untuk mengatasi permasalahan di zaman modern ini.
Kita semua tahu, bahwa salah satu
penyebab kemiskinan di negeri ini disebabkan karena kurangnya pendidikan, baik
dari segi kualiatas maupun akses pendidikan itu sendiri. Kita pasti sering
mendengar cerita tentang anak yang putus sekolah karena ketidakmampuan ekonomi
keluarga, sehingga sang anak tidak bisa bersekolah lagi karena harus bekerja
membantu perekonomian keluarga. Atau mungkin pernah mendengar juga tentang anak
yang putus sekolah dan kemudian menjadi preman atau menjadi anak jalanan yang
kerjaannya membuat rusuh, pokoknya menjadi anak yang tidak berguna bagi
lingkungannya dan tidak jelas juga pekerjaannya setelah putus sekolah.
Sudah 5 tahun ini Saya memutuskan
untuk menjadi guru karena panggilan hati. Dan coba tebak, dari 2 kemungkinan
tentang anak putus sekolah yang saya jabarkan sebelumnya diatas, apa yang saya temukan ? Kemungkinan pertama
tentang anak yang putus sekolah karena harus bekerja membantu ekonomi keluarga,
tidak sepenuhnya benar. Ini yang saya temukan, ada seorang murid Saya di SMP
yang memang benar harus bekerja, tapi itu memang pilihannya bukan sepenuh
karena terpaksa karena keadaan ekonomi. Ketika Saya ajak ngobrol, Saya
benar-benar terheran-heran dengan pendapat dan keteguhan anak ini, yang lebih
memilih untuk tidak melanjutkan sekolah ke SMA, dan malah memilih untuk
bekerja. Yah memang anak ini punya latar belakang yang agak kurang baik, dari
segi latar belakang keluarga, akademis (pernah tidak naik kelas) dan perilaku
kesopanannya. Menurut anak ini, kalau dia melanjutkan sekolahnya, dia akan
ketua-an pada saat lulus SMA untuk bekerja. Padahal saya sudah berusaha sebaik
mungkin untuk mempengaruhi pikiran anak ini, tapi tetap saja dia tidak mau
berubah pendiriannya. Tahun 2017 ini anak tersebut lulus dari SMP, entahlah
mungkin sekarang dia sudah bekerja sebagai buruh seperti yang dia inginkan,
miris kan ?
Kemudian
kemungkinan ke dua tentang anak-anak yang putus sekolah dan kemudian menjadi
anak yang tidak berguna bagi lingkungannya. Kita harus liat dulu apa penyebab
anak-anak ini sampai bisa putus sekolah, dan inilah yang terjadi pada
murud-murid Saya di SMP. Meraka ini anak yang sangat-sangat berbeda dari pada
umumnya, mereka anak-anak yang sangat tidak punya sopan santun, selalu melawan
guru, dan hampir tidak punya sama sekali motivasi belajar di kelas sehingga
akademisnya buruk sekali, susah sekali diatur, selalu membuat masalah di
sekolah dan melanggar aturan di sekolah. Kalau saya ingat anak-anak ini, saya
sangat benci dengan perilaku anak-anak ini dan sekaligus kasian dengan nasib
anak-anak ini kedepannya. Yah anak-anak ini selalu mengisi hari-hari saya
selama mengajar di SMP, dan jumlahnya juga tidak sedikit, tapi lumayan,
terkadang hampir setengah kelas yang seperti ini, cuma kadarnya saja yang berbeda,
ada yang masih ringan sehingga masih bisa Saya cegah dengan cara dinasihati,
tapi ada juga yang sudah sangat parah, sudah dinasihati baik-baik sampai dengan
cara yang lebih tegas, tapi tetap saja tidak berubah perilakunya. Rasanya
hari-hari seperti neraka kalau sedang menghadapi anak-anak ini, sering juga
Saya hampir mau menyerah kalau sedang mengajar mereka, tapi Saya selalu ingat
akan niat awal Saya untuk menjadi guru, lagi pula ada juga kok anak-anak yang
akhirnya bisa berubah menjadi anak yang lebih baik.
Oke
tahu kah kalian, apa penyebab anak-anak tersebut menjadi seperti itu ? Dari
hasil analisa Saya selama lima tahun ini, ini fakta yang Saya dapatkan :
- Mereka berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi menengah ke bawah, orang tua mereka memiliki pendidikan yang rendah (lulusan SD atau SMP), kemudian biasanya orang tua mereka menikah di usia muda. Dan akibat dari keadaan tersebut menjadikan keluarga mereka tidak memliki sistem keluarga yang lengkap (broken home). Begini analisanya, karena orang tua mereka menikah di usia muda menyebabkan perceraian terjadi, kemudian karena pendidikan meraka yang rendah menyebabkan mereka memiliki pola asuh yang kurang baik untuk anak-anaknya, atau bahasa kasarnya asal dalam mengasuh anak, asal anak bisa sekolah, asal anak bisa hidup, yasudah orang tua tidak memikirkan hal lainnya. Seperti contohnya ada anak murid perempuan saya yang ibunya kabur entah kemana, sehingga dia kurang diurus sama bapaknya, ditambah lagi dia juga harus mengurus adik-adiknya, bisa dibayangkan bagaimana psikologi anak-anak seperti ini. Atau ada juga yang diasuh oleh nenek kakeknya, sedangkan orang tuanya tidak jelas kemana. Bisa dibayangkan kan, berasal dari keluarga menengah ke bawah, orang tua bercerai, pola asuh yang kurang baik, menyebabkan anak-anak ini berperilaku tidak normal di sekolah. Selain yang saya sebutkan di atas, masih ada lagi masalah-masalah keluarga lainnya, yang intinya adalah meraka memiliki Sistem Keluarga yang Tidak Baik. Contoh perilaku-perilaku menyimpang mereka misalnya, melakukan pencurian, tawuran, dan untuk yang murid perempuan bahkan ada yang sampai hamil di luar nikah.
- Kemudian kalau pihak sekolah melakukan panggilan kepada wali murid ini, susah sekali untuk diajak kerja sama. Atau kalaupun wali murid ini hadir, ini yang Saya temukan, ternyata mereka punya perilaku yang hampir mirip dengan anaknya, agak kasar, dan malah suka bingung sendiri dengan perilaku anaknya, tidak tahu cara mengatasinya, atau malah menyerahkan kepada pihak sekolah untuk mendidik anak-anak mereka, atau bahkan malah tidak terima, padahalkan bukan itu yang kami harapkan, seharusnya ada kerjasama antara kedua belah pihak.
- Biasanya kalau sudah ada pemanggilan wali murid ini, pihak sekolah akan membuat perjanjian dengan orang tua dan murid ini sendiri di atas materai, dan kalau masih tetap tidak ada perubahan akan dikeluarkan dari sekolah. Bagi orang tua yang paham, biasanya anak ini akan dipindahkan ke sekolah lain, tapi yah lagi-lagi karena orang tua yang kurang cakap, anak-anak ini terkadang dibiarkan saja putus sekolah dan akhirnya menjadi sampah masyarakat dan menjadikan mata rantai kemiskinan mereka sulit untuk diputus. Memang semua berasal dari masalah ekonomi, tapi akan selalu merembet dengan hal yang lainnya.
- Ditambah keadaan sitem sekolah yang tidak memiliki guru BP, yang membuat permasalahan murid seperti sangat sulit agar dapat maksimal ditangani.
Kesimpulan dari masalah yang
sebutkan di atas, jelas sistem keluarga (lingkungan keluarga) sangat mempengaruhi kehidupan seorang anak.
Ada keluarga yang berasal dari kelurga menengah kebawah, tapi mereka mengerti
untuk menciptakan sistem keluarga yang baik, sehingga sang anak tetap baik-baik
saja tidak bermasalah. Biasanya keluarga seperti ini adalah yang orang tuanya
memiliki pendidikan yang baik terutama dalam segi pendidikan agama, sehingga
mereka dapat mendidik anak-anak mereka dengan baik.
Saya mengerti, bahwa permasalahan
ini sebenarnya dapat diatasi dengan sebuah sistem yang baik yang dapat
diciptakan oleh pihak sekolah. Sistem yang dimaksud di sini adalah sebuah
depatemen khusus yang diciptakan pihak sekolah dalam bentuk bimbingan konseling
untuk murid dan orangtua yang tentu saja harus dihandle oleh ahlinya seperti
psikolog atau guru BK. Yang umum ada di sekolah adalah guru BK untuk murid
saja, tapi untuk konseling bagi para orang tua murid yang tidak ada. Konseling
bersama para orang tua murid ini bisa dilakukan secara reguler misalkan setiap
sebulan sekali, seperti seminar parenting. Setiap orang tua mempunyai pola asuh
yang berbeda-beda, dan inilah yang seharusnya disamakan persepsi pola asuh yang
saling berkesinambungan antara lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga.
Terkadang kita sebagai guru tahu mengenai kondisi latar belakang si anak, tapi
yah hanya sampai situ saja, di sekolah sebaik mungkin kami memperlakukan pola
asuh kepada anak tersebut sesuai dengan kebutuhannya, tapi ketika di rumah pola
asuh orang tuanyalah yang berperan, yang mungkin saja berbeda dengan persepsi
pola asuh para guru di sekolah, dan inilah yang menyebabkan ketidaknyambungan,
sehingga anak tersebut sulit dirubah perilakunya.
Seperti yang sebelumnya saya
jelaskan, sulitnya beberapa orang tua untuk diajak kerjasama, menambah PR bagi
pihak sekolah yang memang benar-benar ingin menjadikan murid-muridnya menjadi
lebih baik pada saat bersekolah di sekolah tersebut. Jangan sampai menjadi
sekolah yang hanya sekedarnya saja, sekedar ada guru di kelas, sekedar ada
pelajaran, sekedar murid ada di kelas, satelah itu yang lainnya tidak diperhatikan.
Sangat miris pada sekolah-sekolah yang seperti itu.
Memang Saya jarang sekali mendengar
ada sekolah yang menjalankan konseling bagi orang tua murid. Ada satu
yaitu murid privat saya yang bersekolah di salah satu SD Internasional di Tangerang.
Mungkin untuk sekolah-sekolah swasta menengah ke bawah ini harus menjadi
perhatian untuk menjalankan program sejenis ini, karena di sekolah ini banyak
anak-anak yang memiliki latar belakang keluarga kurang baik dan berperilaku
tidak pada umumnya. Mengajar di sekolah-sekolah seperti ini memang harus
diperhatikan lebih, agar dapat membimbing murid-murid menjadi pribadi yang
lebih baik terutama akhlaknya. Apalagi pergaulan jaman sekarang yang sangat
mengkhawatirkan, jika tidak dijaga oleh lingkungan keluarga dan lingkungan
sekolah serta bekal agama yang kuat, anak-anak ini bisa menyimpang dari yang
seharusnya.
Mungkin pernah ada yang menonton
beberapa film hollywood yang menceritakan seorang guru yang suka mengadakan
acara pertemuan khusus kepada orang tua murid. Menurut saya program konseling dengan
orang tua murid ini tidak kalah penting dengan memperbaiki fasilitas sekolah
dan perbaikan akses sekolah. Sebagai guru di sekolah swasta mengengah ke bawah,
hal ini yang Saya rasakan sangat penting bagi mereka saat ini. Dan bahkan
menjadi sangat mendesak kebutuhannya, agar anak-anak ini mendapatkan hak
kondisi yang baik dan mendapatkan masa depan yang baik lagi untuk mengangkat
derajat hidup orangtua dan keluarga mereka. Sehingga anak-anak yang
memiliki sistem keluarga yang tidak baik ini tetap terjaga secara psikologi dan
berperilaku baik seperti pada umumnya. Mungkin hal ini bisa dijadikan sebuah
program khusus di Lembaga Dompet Dhuafa dalam bidang pendidikan, karena hal ini
juga sama pentingnya dengan permasalahan pendidikan lainnya. Dan jangan lupa
kalau mau melakukan donasi, paling tepat yah di Dompet Duafha
yah teman-teman.